Minggu, 06 November 2011

TUNGKU BIOMASSA BERBASIS GASIFIKASI

ENERGI TERBARUKAN

 

 

LAPORAN PRAKTIKUM

 

TUNGKU BIOMASSA BERBASIS GASIFIKASI

 

 

Disusun oleh :

 

 

 

 

 

 

 

 

clip_image001

 

 

 

 

 

 

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2009

I.                  PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia.  Krisis energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbarukan.  Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai $100 US per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.  Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia.  Konsumsi BBM yang tidak seimbang dengan produksinya sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor.  Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel.  Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.

 

Perkembangan ekonomi di era globalisasi menyebabkan pertambahan konsumsi energi di berbagai sektor kehidupan.  Bukan hanya negara-negara maju, tapi hampir semua negara mengalami.  Termasuk Indonesia, walaupun terkena dampak krisis ekonomi, tetap mengalami pertumbuhan konsumsi energi. Hal itu terlihat dari pemakaian energi di Indonesia pada 2004 yang telah mencapai lebih dari 453 juta SBM (setara barel minyak), jauh lebih tinggi dari pada sebelum krisis (1997).  Sementara cadangan energi nasional akan semakin menipis apabila tidak ditemukan cadangan energi baru.  Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai terobosan untuk mencegah terjadinya krisis energi.

Mengantisipasi hal itu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan blueprint pengelolaan energi nasional 2005 - 2025.  Kebijakan ini ditekankan pada usaha menurunkan ketergantungan penggunaan energi hanya pada minyak bumi.  Salah satu energi terbarukan yang mempunyai potensi besar di Indonesia adalah biomassa.  Hal ini tercantum dalam Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (energi hijau) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, yang dimaksud energi biomassa meliputi kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, komponen organik dari industri dan rumah tangga.
Biomassa dikonversi menjadi energi dalam bentuk bahan bakar cair, gas, panas, dan listrik.  Teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar padat, cair, dan gas, antara lain teknologi pirolisa (bio-oil), esterifikasi (bio-diesel), teknologi fermentasi (bio-etanol), anaerobik digestion (biogas).  Teknologi konversi biomassa menjadi energi panas yang kemudian dapat diubah menjadi energi mekanis dan listrik, antara lain, teknologi pembakaran dan gasifikasi.  Teknologi konversi termal biomassa meliputi pembakaran langsung, gasifikasi, dan pirolisis atau karbonisasi.  Masing-masing metode memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari komposisi udara dan produk yang dihasilkan.

B.       Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja kompor gas “Belonio” berbahan bakar biomassa menggunakan sekam padi, serutan kayu, tatal kayu (wood chip), dan ampas biji jarak.

 

C.       Manfaat Penelitian

 

Dengan mengetahui unjuk kerja kompor gas “Belonio” berbahan bakar biomassa menggunakan sekam padi, serutan kayu, tatal kayu (wood chip), dan ampas biji jarak, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan sisa limbah dari hasil pertanian sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM (bahan bakar minyak).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.                TINJAUAN PUSTAKA

 

 

A.      Biomassa

Biomassa merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sangat potensial.  Biomassa mengandung energi tersimpan dalam jumlah cukup banyak.  Kenyataannya, pada saat kita makan, tubuh kita mampu mengubah energi yang tersimpan di dalam makanan menjadi energi atau tenaga untuk tumbuh dan berkembang.  Pada saat kita bergerak, bahkan ketika kita berpikir, energi dalam makanan akan terbakar.  Sejak telah banyak dilakukan penelitian, banyak kemungkinan yang bisa dimanfaatkan biomassa sebagai sumber bahan bakar nabati (biofuel).  Dari bahan bakar nabati dapat dikembangkan biokerosin (minyak tanah bio), biodiesel, bioetanol bahkan biopower (untuk listrik).

Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan biofuel mengingat begitu besarnya sumber daya hayati yang ada baik di darat maupun di perairan.  Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar alternatif, antara lain :

-  Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan

   bakar alternatif pengganti solar (minyak diesel)

-  Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain :

   sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti premium.

-  Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber

   pengganti kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.

Biomassa sangat beragam jenisnya yang pada dasarnya merupakan hasil produksi dari makhluk hidup.  Biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan atau bahkan sampah.  Biomassa (bahan organik) dapat digunakan untuk menyediakan panas, membuat bahan bakar, dan membangkitkan listrik, hal ini disebut bioenergi.  Bioenergi berada pada level kedua setelah tenaga air dalam produksi energi primer terbarukan di Amerika Serikat.  (Anonim. 2007).

Masalah lingkungan sebenarnya memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga.  Problem gas rumah kaca dan krisis energi misalnya, bisa dijawab dengan biomassa yang asal mulanya dari alam.Gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bakar fosil, seperti karbon dioksida ketika dilepaskan di atmosfir, keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperatur bumi.  Bila hal ini terjadi maka maka akan terjadi perubahan iklim yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan di lingkungan kita.  Selain disebabkan oleh CO2, gas berikut juga memiliki kontribusi dalam pemanasan global, metana (CH4) dan nitro oksida (N2O).  Pembakaran biomassa sebenarnya menghasilkan CO2 tetapi karbon dioksida yang dihasilkan akan distabilisasi dengan serap kembali oleh tumbuhan, sehingga tidak ada penimbunan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus seimbang.  (Prambudi. 2008).

Beberapa kelebihan biomassa antara lain :

-       Dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan.

-       Mudah dijumpai di hampir seluruh permukaan bumi

-       Tidak membutuhkan biaya investasi yang tinggi untuk eksplorasinya

 

B.       Kompor Biomassa

Harga minyak yang melambung membuat orang makin kreatif.  Di saat situasi harga BBM naik dan sudah mulai langka, orang-orang mulai menciptakan kompor biomassa.  Bedanya, jika kompor konvensional berbahar bakar minyak atau gas, kompor biomassa menggunakan sampah.  Misalnya kayu, plastik, dan daun kering.  Uniknya, ketika dibakar dalam kompor biomassa, bahan-bahan itu hampir tidak menimbulkan asap sehingga ramah lingkungan.

Dari satu kilogram bahan bakar, bisa dinyalakan api selama satu jam.  Untuk memperbesar nyala api, bisa digunakan kipas blower listrik.  Komponen-komponen dari kompor biomassa itu, antara lain, terdiri dari komponen tabung luar (penghasil udara panas) dan tabung dalam (pengatur udara dan penghasil asap), penampung abu, ruang bahan bakar, serta blower (bisa memakai blower atau tidak)

untuk memperbesar nyala api.  (Nurhuda.  2008).

Besarnya energi yang dihasilkan oleh pembakaran suatu bahan bakar bergantung pada :

-       jumlah karbon yang dikandung dan bentuk senyawanya

-       sempurna atau tidaknya pembakaran

-       terjadinya pembakaran habis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III.              METODE PELAKSANAAN

 

A.       Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2009 bertempat di Bengkel Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

 

B.       Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompor biomassa “Belonio”, termometer, stopwatch, panci, kipas kecil, penggaris, gelas ukur, timbangan dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah sekam padi, serutan kayu, tatal kayu (wood chip), dan ampas biji jarak sebagai bahan bakar yang digunakan pada kompor biomassa “Belonio”, air, korek api dan minyak tanah.

clip_image003clip_image005

 

 

 

          

 

            Gambar 1.  Sekam padi                              Gambar 2.  Serutan kayu

clip_image007clip_image009

 

 

 

           

           Gambar 3.  Tatal kayu                             Gambar 4.  Ampas biji jarak

 

clip_image011clip_image013

 

 

                 

clip_image015clip_image017       Gambar 7.  Kompor “Belonio”                       Gambar 8.  Termometer

           

 

 

clip_image019clip_image021           Gambar 9.  Timbangan                               Gambar 10.  Kipas kecil

        

 

 

              Gambar 11.  Power supply                        Gambar 12.  Penggaris

clip_image023          

 

 

           

              Gambar 13.  Gelas ukur

C.       Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dirancang menggunakan 4 perlakuan bahan bakar yaitu sekam padi, serutan kayu, tatal kayu (wood chip), dan ampas biji jarak.

Pengujian kompor berbahan bakar biomassa ini dilakukan dengan cara merebus air dengan beberapa perlakuan.  Perlakuan yang diuji adalah jumlah air yang direbus dan banyaknya bahan bakar yang digunakan.  Jumlah air yang direbus yaitu 5 liter.  Jumlah bahan bakar biomassa yang digunakan 75% isi reaktor.  Tidak penuhnya isi bahan bakar dimaksudkan agar ada ruang untuk starter awal atau penyulut api.

Langkah-langkah melakukan pengujian kompor dengan menggunakan tiap-tiap jenis bahan bakar biomassa:

1.  Mengisi tabung reaktor dengan bahan bakar menggunakan 75%

2.  Masing-masing bahan bakar yang akan digunakan ditimbang dahulu.

3.  Setelah tabung reaktor terisi bahan bakar, kemudian dinyalakan dengan menggunakan minyak tanah sebagai pancingan.  Lalu kipas dinyalakan.

4.  Tutup tabung reaktor dengan burner

5.  Lalu masak air dalam panci sebanyak 5 liter hingga mendidih.  Suhu air diukur sebelum dimasak dan setelah air mendidih dengan termometer.  Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan akan dihitung juga dengan stopwatch.

6.  Warna nyala api akan diamati secara visual.

7.  Setelah air mendidih, dihitung waktu mendidihnya.  Kompor dibiarkan

menyala hingga bahan bakar habis terbakar semua dan dicatat waktunya.

8.  Berat air ditimbang dan buka saringan dibawah kompor untuk mengeluarkan bahan bakar yang habis terpakai, lalu ditimbang juga.

Langkah-langkah penyulutan api :

1.        Isi tabung reaktor dengan bahan bakar sesuai ketinggian yang diinginkan

2.        Jika bahan bakar memiliki kepadatan tumpukan yang besar, maka hendaknya disiram minyak tanah lebih dari satu kali (+ 10 ml)

3.        Nyalakan api dengan korek api

4.        Apabila api kira-kira telah membakar setidaknya seperempat bagian, tutup tabung reaktor dengan burner

Biarkan sejenak 1 - 2 menit hingga pada burner telah banyak menangkap gas hasil gasifikasi, lalu sulut kembali hingga api menyala

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.Hasil

 

Setelah melakukan penelitian pengujian kompor “Belonio” dengan menggunakan 4 macam bahan bakar biomassa yaitu sekam padi, serutan kayu, tatal kayu dan ampas biji jarak, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

 

1.        Sekam Padi

Bahan bakar biomassa yang pertama kali digunakan untuk pengujian kompor gas berbahan bakar biomassa dengan menggunakan sekam padi.  Pada Tabel 4 dan 5, menyajikan hubungan antara tiga jenis perlakuan dengan berbagai parameter pengamatan.  Dengan setelah melakukan pengujian maka didapatkan hasil yang berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya.  Perhitungan rata-rata dari pemakaian sekam padi dapat dilihat pada lampiran 1.  Sekam padi memiliki potensi yang sangat besar dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.  Dengan pengelolaan limbah dari sekam padi ini membuktikan bahwa sekam padi dapat dijadikan salah satu sumber energi alternatif.  Begitu pula dengan pemakaian limbah lainnya seperti serutan kayu, tatal kayu dan ampas biji jarak.

                                                                                

 

Tabel 4.  Perhitungan rata-rata berat sekam padi, suhu air dan berat air dari awal

               hingga akhir

 

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Berat sekam padi awal

Berat sekam padi akhir

Suhu air awal

Suhu air akhir

Berat air awal

Berat air akhir

    0,553 kg

    0,233 kg

  29,33   oC

100       oC

    5        kg

    4,506 kg

 

 

 

Tabel 5.  Waktu rata-rata dari penyalaan awal hingga sekam padi menjadi abu

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

t penyalaan awal sampai burner

  ditutup

00 : 04 : 10

2.

t penyalaan burner sampai

  memasak

00 : 06 : 53

3.

t air mendidih

00 : 30 : 44

4.

t sekam padi menjadi abu

00 : 32 : 12

Keterangan : t = waktu (jam : menit : detik)

2.        Serutan Kayu

Bahan bakar biomassa yang kedua digunakan untuk pengujian kompor gas berbahan bakar biomassa dengan menggunakan serutan kayu.  Pada Tabel 6 dan 7, menyajikan hubungan antara tiga jenis perlakuan dengan berbagai parameter pengamatan.  Dengan setelah melakukan pengujian maka didapatkan hasil yang berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya.  Perhitungan rata-rata dari pemakaian serutan kayu dapat dilihat pada lampiran 2.

 

 

Tabel 6.  Perhitungan rata-rata berat serutan kayu, suhu air dan berat air dari awal

               hingga akhir

 

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Berat serutan kayu awal

Berat serutan kayu akhir

Suhu air awal

Suhu air akhir

Berat air awal

Berat air akhir

    0,346 kg

    0,067 kg

  29,67   oC

  84        oC

    5        kg

    4,863 kg

 

Tabel 7.  Waktu rata-rata dari penyalaan awal hingga serutan kayu menjadi abu

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

t penyalaan awal sampai burner

  ditutup

00 : 02 : 25

2.

t penyalaan burner sampai

  memasak

00 : 04 : 53

3.

t air mendidih

00 : 16 : 37

4.

t serutan kayu menjadi abu

00 : 16 : 37

Keterangan : t = waktu (jam : menit : detik)

3.        Tatal Kayu

Bahan bakar biomassa yang ketiga digunakan untuk pengujian kompor gas berbahan bakar biomassa dengan menggunakan tatal kayu.  Pada Tabel 8 dan 9, menyajikan hubungan antara tiga jenis perlakuan dengan berbagai parameter pengamatan.  Dengan setelah melakukan pengujian maka didapatkan hasil yang berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya.  Perhitungan rata-rata dari pemakaian tatal kayu dapat dilihat pada lampiran 3.

 

 

Tabel 8.  Perhitungan rata-rata berat tatal kayu, suhu air dan berat air dari awal

               hingga akhir

 

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Berat tatal kayu awal

Berat tatal kayu akhir

Suhu air awal

Suhu air akhir

Berat air awal

Berat air akhir

    0,446 kg

    0,033 kg

  30        oC

  57        oC

    5        kg

    4,953 kg

Tabel 9.  Waktu dari penyalaan awal hingga tatal kayu menjadi abu

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

t penyalaan awal sampai burner

  ditutup

00 : 01 : 41

2.

t penyalaan burner sampai

  memasak

00 : 03 : 27

3.

t air mendidih

00 : 10 : 30

4.

t tatal kayu menjadi abu

00 : 10 : 30

Keterangan : t = waktu (jam : menit : detik)

4.        Ampas Biji Jarak

Bahan bakar biomassa yang terakhir digunakan untuk pengujian kompor gas berbahan bakar biomassa dengan menggunakan ampas biji jarak.  Pada Tabel 10 dan 11, menyajikan hubungan antara tiga jenis perlakuan dengan berbagai parameter pengamatan.  Dengan setelah melakukan pengujian maka didapatkan hasil yang berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya.  Perhitungan rata-rata dari pemakaian ampas biji jarak dapat dilihat pada lampiran 4.

 

Tabel 10.  Perhitungan rata-rata berat ampas biji jarak, suhu air dan berat air dari

                 awal hingga akhir

 

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

Berat ampas biji jarak awal

    2,373 kg

2.

Berat ampas biji jarak akhir

    0,273 kg

3.

Suhu air awal

  29        oC

4.

Suhu air akhir

100        oC

5.

Berat air awal

    5        kg

6.

Berat air akhir

    1,806 kg

 

 

Tabel 11.  Waktu rata-rata dari penyalaan awal hingga ampas biji jarak menjadi

                 abu

 

No.

Parameter pengamatan

(rata-rata)

Perlakuan

75%

1.

t penyalaan awal sampai burner

  ditutup

00 : 15 : 06

2.

t penyalaan burner sampai

  memasak

00 : 16 : 44

3.

t air mendidih

00 : 36 : 41

4.

t ampas biji jarak menjadi abu

03 : 22 : 58

Keterangan : t = waktu (jam : menit : detik)

 

B.Pembahasan

 

Pada pembakaran tiap-tiap jenis bahan bakar biomassa yang digunakan ternyata diperoleh hasil yang berbeda.  Perbedaan dapat diketahui baik dalam proses penyalaan api, lama waktu terjadinya pembakaran, jumlah energi yang terpakai, kapasitas bahan bakar dalam reaktor dan nilai efisiensi dari tiap-tiap jenis bahan biomassa.  Penelitian ini dilakukan secara sistematis dimana setelah pembuatan kompor “Belonio” selesai, dilakukan pengumpulan empat jenis bahan bakar yang berbeda.  Setelah itu dilakukan penelitian pendahuluan di Bengkel Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mendapatkan penyalaan api kompor sehingga dapat diketahui penyalaan api kompor yang optimal.  Lamanya penelitian pendahuluan ini berlangsung sekitar 3 minggu.  Banyak kendala yang terjadi dalam penyalaan api kompor ini. 

Diantaranya yang pertama, tidak mudahnya menangkap gas hasil pembakaran dengan burner.  Pada saat pembakaran bahan bakar biomassa dalam reaktor, terjadi reaksi yang menghasilkan gas dari hasil proses gasifikasi. 

Gas hasil dari gasifikasi ini akan cepat menyebar melalui udara sehingga ketika ujung reaktor ditutup dengan burner harus tertutup dengan rapat.  Tidak boleh adanya kebocoran sedikitpun karena akan menyebabkan gas keluar dari sisi tempat ujung reaktor dan burner dirapatkan.  Fungsi dari burner itu sendiri ialah untuk menangkap dan menampung gas dari hasil proses gasifikasi, lalu dilakukan penyalaan api pada lubang-lubang yang berada di burner.

Kedua, faktor udara luar yang dapat mengakibatkan api yang menyala akan mati.  Kecepatan dan jumlah angin yang berasal dari luar akan sangat berpengaruh pada saat penyalaan api kompor.  Untuk mengatasi hal ini hendaknya kompor biomassa ini diletakkan di dalam ruangan, agar pada saat penyalaan api kompor dapat diminimalkan dari gangguan udara luar.  Ketiga, kecepatan kipas dan kepadatan tumpukan dari tiap-tiap jenis bahan bakar yang digunakan pada saat penyalaan api. 

Semakin padat tumpukan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tabung reaktor, maka kecepatan kipas yang dibutuhkan semakin tinggi.  Hal ini dilakukan karena susahnya pembakaran tanpa adanya udara, sebab udara mengandung gas oksigen yang dibutukan untuk proses pembakaran.  Penyuplaian udara dari bawah ke atas reaktor harus tersalurkan dengan baik.

Pada saat penyalaan dari tiap-tiap jenis bahan bakar biomassa yang telah digunakan, hanya sekam padi yang dalam penyalaannya sulit dilakukan.  Hal ini disebabkan karena sekam padi sulit terbakar dalam jumlah yang banyak.  Kepadatan tumpukan yang dimiliki oleh sekam padi paling tinggi dibandingkan dengan serutan kayu, tatal kayu dan ampas biji jarak.  Sulitnya penyuplaian udara dari bawah ke atas reaktor karena udara sulit menembus rongga-rongga yang kosong tetapi sangat kecil sekali.  Untuk mengatasi ini diperlukan pemakaian kipas dengan kecepatan tinggi agar dapat menembus rongga-rongga yang sangat kecil tersebut. 

Penyulutan nyala api dibutuhkan juga dengan disiram minyak tanah secara berkala.  Minyak tanah disiram 4 kali yaitu pada saat ketinggian bahan bakar 25%, 50%, 75% dan 90% tergantung kepadatan tumpukan dari jenis bahan bakar biomassa.  Banyaknya minyak tanah yang disiram ke bahan bakar hanya sebanyak + 10 ml.  Pada pengujian ini ternyata sekam padi susah untuk penyulutan apinya.  Untuk itu berlaku penyiraman minyak tanah sebanyak 4 kali.  Sedangkan untuk serutan kayu, tatal kayu dan ampas biji jarak hanya bagian permukaan paling atas saja yang disiram dengan minyak tanah.  Hal ini dikarenakan ketiga jenis bahan bakar ini mudah dilakukan penyulutan apinya.

Setelah melakukan penelitian pendahuluan, maka penelitian dilanjutkan dengan pengujian langsung dengan cara merebus air sebanyak 5 liter.  Dalam merebus air 5 liter ini ada beberapa tahapan yang telah dilakukan.  Tahapan yang pertama ialah mengukur suhu dan berat air sebelum direbus.  Kedua, menimbang berat bahan bakar yang akan digunakan.  Ketiga, penyalaan api kompor.  Keempat, merebus air 5 liter sampai bahan bakar habis terbakar atau tidak menghasilkan gas lagi.  Kelima, yaitu mengukur suhu dan berat air setelah perebusan.  Pengukuran suhu dan penimbangan berat air, dilakukan untuk mengetahui berapa nilai efisiensi dari tiap-tiap jenis bahan bakar.  Terakhir, dilakukan penimbangan berat dari bahan bakar yang tersisa.

Kebutuhan Bahan Bakar

Setelah melakukan penelitian diperoleh berapa banyaknya bahan bakar yang dimasukkan kedalam reaktor.  Pada perlakuan yang telah dilakukan yaitu dengan mengisi bahan bakar biomassa sebanyak  75%  dari total volume reaktor.  Untuk melakukannya diperoleh dengan cara menimbang dari tiap-tiap jenis bahan bakar biomassa.  Apabila ditimbang dari semua bahan bakar biomassa yang telah digunakan, ampas biji jarak paling berat jika diukur dengan perlakuan  75% volume tabung reaktor dibandingkan dengan yang lain.  Pada Tabel 12 dan Gambar 14 grafik, menyajikan perbandingan rata-rata berat bahan bakar biomassa yang telah digunakan dengan memakai tiga perlakuan.

Tabel 12.  Perbandingan rata-rata berat bahan bakar biomassa.

No.

Jenis bahan bakar biomassa

Perlakuan

75%

1.

Sekam padi

0,553 kg

2.

Serutan kayu

0,346 kg

3.

Tatal kayu

0,446 kg

4.

Ampas biji jarak

2,373 kg

 

 

 

 

 

 

V.                KESIMPULAN

 

Setelah melakukan pengujian kompor gas “Belonio” berbahan bakar biomassa dengan menggunakan sekam padi, serutan kayu, tatal kayu dan ampas biji jarak, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.        Semakin padat tumpukan bahan bakar pada tabung reaktor, maka semakin tinggi pula kecepatan kipas yang dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dari udara luar menuju dalam tabung reaktor kompor “Belonio”.

2.        Ampas biji jarak paling cepat dalam rata-rata waktu mendidihkan air sebanyak 5 liter yaitu 19 menit 41 detik jika dibandingkan dengan sekam padi, serutan kayu dan tatal kayu sebagai bahan bakar kompor biomassa.

3.        Ampas biji jarak paling lama dalam rata-rata waktu operasi optimal bahan bakar yaitu 4 jam 15 menit 45 detik jika dibandingkan dengan sekam padi, serutan kayu dan tatal kayu.

4.        Warna nyala api paling biru dihasilkan dari penyalaan api dengan menggunakan sekam padi jika dibandingkan dengan bahan bakar biomassa yang lain.

5.        Nilai efisiensi kompor dengan penggunaan sekam padi paling tinggi yaitu mencapai 29,57% jika dibandingkan dengan serutan kayu 20,98%, ampas biji jarak 20,83% dan tatal kayu 7,65%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim. 2007. Biomassa. http://www.wikipedia.org.

Nurhuda, M. 2008. Kompor Biru Berbahan Bakar Sampah. Majalah Gatra.

Prambudi, N. A. 2008. Menyulap Biomassa Menjadi Energi. http://netsains.com.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar