DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROPINSI BANTEN
Meraup Untung Dari “ Cupang“
Oleh : S. Huda*)
CUPANG??! Memang agak geli dan tabu ketika mendengarnya. Tapi jangan salah tafsir dan ’ngeres’
dulu, karena kata ini hanyalah nama salah satu jenis ikan hias yang cukup populer di masyarakat.
Walaupun terdengar aneh, tapi komoditas ikan hias ini mempunyai nilai ekonomis tinggi sampai ratusan
ribu bahkan jutaan rupiah. Siapa pun bisa membudidayakan ikan ini, tua - muda, bahkan orang yang
mempunyai waktu terbatas pun bisa.
Ada dua jenis ikan cupang, yaitu ikan cupang aduan dan ikan cupang hias. Jenis cupang adu
antara lain singapur, bagan, bangkok. Sedangkan jenis cupang hias adalah halfmoon, serit (crown tail)
dan plakat. Berbeda dengan cupang adu, cupang hias memiliki warna sangat beragam dan indah,
terutama yang berkelamin jantan sehingga harganya pun lebih tinggi. Masing-masing jenis cupang hias
ini sering dipertandingkan dalam kontes yang membuat harga ikan ini semakin menarik.
Budidaya ikan ini sangat menjanjikan baik sebagai mata pencaharian utama atau sambilan,
sehingga dapat mengatasi pengangguran dan menciptakan peluang kerja baru. Contoh analisa usaha,
satu ekor induk dapat menghasilkan 200 – 300 ekor anakan. Untuk anakan pertama dari induk betina
biasanya 80% menghasilkan anakan jantan. Dalam waktu 2,5 bulan biasanya untuk harga borongan Rp
1000 – Rp 2000 per ekor jantan. Bagaimana kalau mempunyai lima ekor indukan? Belum lagi dari ikan
hias kontes yang memiliki harga sampai ratusan ribu per ekor. Cukup lumayan kan?
Di Kota Tangerang, banyak masyarakat yang sudah menekuni budidaya ini. Bahkan ada
kawasan yang sudah terkenal seperti Kec. Karang Tengah, Ciledug, Larangan dan Karawaci. Budidaya
cupang bisa dibilang sangat mudah dan tidak memerlukan modal besar, lahan luas atau tempat yang
bagus. Sebagai sarananya cukup memanfaatkan wadah seperti, bak, plastik atau terpal untuk bahan
dasar kolam.
Budidaya ikan ini sangat sederhana dan gampang-gampang susah. Secara garis besar, kita
harus mengetahui media budidaya, pemilihan induk, proses pemijahan, perawatan benih, pembesaran,
hama penyakit dan pemasaran.
Media Budidaya Cupang
Media yang digunakan untuk budidaya cupang terdiri dari
media pembesaran dan media pemijahan. Media pembesaran
biasanya menggunakan bak/kolam semen, plastik/terpal, aquarium
atau alternatif lain. Sedangkan untuk pemijahan dapat digunakan
baskom, toples, aquarium kecil, paso, ember plastik, kaleng bekas
cat plastik 5 kg yang kesemua wadah ini mempunyai diameter ±
20 cm.
Teras rumahpun bisa dijadikan tempat budidaya cupang
Memilih Indukan
Untuk pemijahan, diperlukan indukan ikan jantan dan
betina. Jenis kelamin cupang dapat dibedakan dari sirip-sirip dan
warna badan. Cupang jantan memiliki jari-jari sirip anal, punggung
dan ekor yang tumbuh sempurna lebih panjang dibandingkan
selaput yang menutupinya. Cupang betina tidak memiliki
penonjolan dari jari-jari siripnya. Cupang jantan dewasa memiliki
lebih banyak bintik-bintik hitam di punggung. Ikan yang dipilih
untuk indukan berumur 6-7 bulan ukuran minimal 5 cm. Syarat
indukan yang baik adalah: sehat, proporsional, tipe sirip tebal
secara keseluruhan, serta berasal dari keturunan yang bagus.
Cara Pemijahan
- siapkan wadah pemijahan yang telah dicuci dan dikeringkan
- isi air ke dalam wadah pemijahan setinggi 10 – 15 cm
- masukan induk jantan ke dalam wadah
- biarkan indukan betina dalam botol dan masukan di tengah-tengah wadah yang sudah
dimasukan induk jantan dengan tujuan agar birahi dan membuat buih/busa/sarang
- jaga ikan agar jangan sampai lapar dan beri makan secukupnya
- kontrol ikan apakah sudah bertelur atau belum. Biasanya esok paginya telah melakukan
pemijahan (kawin). Setelah bertelur dan proses pemijahan telah selesai, induk betina diangkat
dan yang ditinggalkan induk jantannya saja karena induk jantan inilah yang akan merawat
anakannya
- beri makan induk jantan secukupnya
- telur akan menetas ± 24 jam
- anakan yang telah menetas masih menyimpan makanan berupa kuning telur (yolk sack) sampai
umur 5-7 hari sehingga sampai umur ini masih belum perlu diberi makan
- pada umur ini (seminggu) anakan berupa burayak agar dipindahkan ke tempat yang lebih besar
ke dalam kolam/aquarium ataupun wadah lain yang kita miliki
- cara memindahkannya harus secara hati-hati dengan menuangkannya secara pelan-pelan dan
indukan jantannya di kutkan
Perawatan Benih
Untuk pembesaran burayak/anakan, terlebih dahulu disiapkan medianya, yaitu air yang sudah
diendapkan cukup lama dan diberi larutan blitz ich atau meteline blue untuk membunuh jamur/bakteri.
Setelah dipindahkan, burayak mulai diberi makan. Umur 7-10 hari adalah masa yang paling rawan,
karena pada masa itu cupang mulai berlatih menerima makanan luar.
Makanan yang biasanya diberikan adalah kuning telur ayam yang telah dimasak dan
dihancurkan, kutu air yang disaring, infusoria ataupun artemia, tergantung dari ketersediaan makanan
yang dimiliki. Pemberian makanan dilakukan sehari sekali secukupnya.
Pembesaran
Budidaya cupang tidak memakan waktu lama, biasanya ikan umur dua bulan sudah bisa
dipasarkan. Pada proses pembesaran, dilakukan pemberian makanan secara teratur, mengawasi
kualitas air, dan melakukan pendederan. Anakan cupang yang berumur dua minggu diberi makan kutu air
hidup. Biasanya makanan diberikan pagi dan sore hari. Setelah umur satu bulan, dapat diberikan jentik
nyamuk halus (cuk).
Makanan yang mati (sisa) sebaiknya disipon/dibersihkan dengan menggunakan selang agar air
tetap bersih dari kotoran. Sebaiknya penyiponan dilakukan paling lama seminggu sekali, idealnya adalah
3 hari sekali dengan menyisakan air ¼ bagiannya. Penggantian air sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan. Semakin sering diganti maka pertumbuhan ikan semakin cepat.
Bila ikan cupang sudah kelihatan besar dan cukup padat, maka perlu dilakukan pendederan ke
wadah yang lain yang lebih besar. Umumnya pada umur dua bulan cupang sudah bisa disortir, terutama
yang jantan sudah bisa dimasukkan ke dalam botol/aquarium soliter untuk dilakukan pemeliharaan lebih
lanjut. Cara memelihara ikan berkualitas akan diuraikan pada edisi selanjutnya.
Hama Penyakit
Seperti pada jenis ikan lainnya, budidaya cupang pun memiliki kendala hama dan penyakit,
walaupun jarang sekali para pembudidaya menemukan cupangnya terkena penyakit. Hama yang perlu
ditanggulangi adalah ular, burung dan yang paling penting adalah manusia. Untuk mengatasinya adalah
dengan membuat pagar dan memberikan penutup pada kolam.
Sedangkan penyakit yang sering menyerang cupang adalah bintik putih/velpet yang menempel di
bawah selaput lendir. Untuk mengatasinya gunakan air yang dicampur meteline blue. Ikan sakit direndam
selama sehari semalam dan diberi aerasi.
Sebenarnya penyakit biasanya berasal dari makanan. Oleh karena itu makanan harus dicuci
sebelum diberikan. Selain itu, pemberian makanan yang berlebihan dapat menimbulkan sisa dan kotoran.
Pemasaran
Cupang dapat dipasarakan pada umur berapa saja tergantung kebutuhan para pembudidayanya
baik untuk lokal maupun ekspor, sehingga harga yang didapatkan pun bervariasi. Semakin terawat dan
bagus maka harganya pun semakin tinggi.
Pembeli ada yang datang langsung ke pembudidaya, atau pembudidaya dapat menawarkan ke
agen-agen (supplier). Beruntung, di Kota Tangerang sudah terbentuk sistem plasma. Sehingga para
pembudidaya sudah tidak pusing lagi memasarkan cupang karena sudah ada yang menampung dan
memasarkan.
Untuk mengangkat harga cupang, cara yang dilakukan adalah dengan sering mengadakan
kontes dan pameran. Prediksi tahun depan (2008) permintaan jenis cupang hias akan semakin
meningkat karena pada tahun 2007 telah sering diadakan kontes baik di dalam ataupun luar negeri.
Dengan demikian peluang untuk budidaya cupang tetap bagus dan cerah. Tinggal bagaimana anda,
apakah ingin mencoba budidaya cupang yang cukup mudah dan menjanjikan ini? Silahkan mencoba dan
jangan takut gagal !!
(* Staf Subdin Binus Perikanan Dinas Pertanian Kota Tangerang
www.dkp-banten.go.id - 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar