Selasa, 24 April 2012

Anatomi

 

Akar : terdiri dari jaringan pelindung yaitu epidermis yang berada di lapisan paling luar dari penampang melintang dari organ akar. Diebelah dalam organ akar terdapat lapisan korteks yang terdiri dari sel parenkim lapisan terdalam dari lapisan ini adalah suatu lapisan yang terlihat seperti lingkaran dalam yang disebut lapisan endodermis. Lapisan ini merupakan pembatas antara lapisan korteks dan lapisan stele. Di lapisan endodermis ini terdapat suatu lapisan tipis yang tersusun dari sel gabus yang disebut pita kaspari lapisan ini menyebabkan air tidak dapat mengalir ke dalam stele secara apoplas. Sehingga air harus berdifusi ke dalam sel yaitu melalui protoplasma. Bagian dalam dari endodermis adalah stele, pada lapisan ini terdapat xylem dan floem. Xylem terdapat disebelah dalam dan berfungsi untuk mentransporkan air ke seluruh tubuh tumbuhan.

Batang : Di bawah meristem apikal berlangsung deferensiasi dan pendewasaan jaringan. Jika bagian-bagian batang muda diamati dengan pertolongan mikroskop, maka dapat dibeda-bedakan susunan jaringan berikut ini dari bagian luar menuju ke tengah batang. Epidermis diliputi oleh bahan bersifat seperti lipoid yang sangat resisten disebut kutin. Lapisan kutin yang tipis ini dinamakan kutikula. Bila lapisan ini menebal maka tidak bisa dilalui air dan gas. Pertukaran gas berlangsung melalui mulut daun (stoma). Terdapat organ tambahan pada epidermis yaitu semacam rambut, disebut kutikula. Daerah antara epidermis dan jaringan pembuluh dinamakan korteks. Pada korteks dapat dijumpai tiga tipe jaringan : parenkima, kolenkima, dan sklerenkima. Parenkima berfungsi menyimpan makanan dan pada batang yang masih hijau melakukan fotosintesis. Kolenkima dan sklerenkima bermafaat untuk memperkuat jaringan . sel kolenkima mempunyai dinding tidak berlignin yang biasanya mengalami penebalan di sudut-sudutnya. Sel sklerenkima mepunyai dinding yang sangat tebal, kebanyakan berlignin.

Daun : Fungsi utamanya adalah untuk fotosintesis. Daun tersusun atas epidermis atas, seludang berkas pembuluh, tulang daun ( xilen dan floem), epidermis bawah, parenkim palisade, parenkim bunga karang, dan stoma. Lapisan paling atas yaitu epidermis atas yang berfungsi untuk melindungi sel-sel daun. Pada tanaman ini epidermis atas bermodifikasi menjadi lapisan lilin yang tipis. Parenkim palisade di temukan di bawah epidermis. Sebelah bawah palisade terdapat jaringan mesofil bunga karang yang mempunyai banyak rongga antar sel. Pada tulang-tulang daunnya masih terdapat berkas pengangkut yang menyerupai pada batang.

Buah : Buah memiliki lapisan epikarpium dan mesokarpium saja. Epikarpium adalah lapisan paling luar, lapisan ini bermodifikasi menjadi lapisan lilin yang tipis. Mesokarpium yaitu daging buahnya yang tebal. Antara mesokarpium dan ruang ovarium tidak memiliki batas atau endokarpium.

Bunga : Terdiri dari daun kelopak (sepal), daun mahkota (petal), benang sari (stamen)., dan daun buah (karpel). Karpel berupa organ tunggal atau dapat berupa kumpulan, dan membentuk putik (pistil), yang terdiri atas tiga bagian yang dapat dibedaka : bagian dasar-bakal buah (Ovarium); bagian tengah yang ramping-turus (stilus); dan bagian atas-kepala putik (stigma). Ovarium mengandung bakal biji (ovul) yang melekat pada papan

Biji (lokul); ovul ini menghasilkan gamet betina-sel telur. Serbuk sari disebarkan oleh angin atau serangga dari kepala sari yang masak ke kepala putik bunga. Proses ini disebut openyerbukan (polinasi). Serbuk sari berkecmbah pada kepala putik untuk membentuk tabung sari, yang berisi dua sel sperma. Bila tabung sari berhasil menebus bakal biji, salah satu dari sel sperma membuahi sel telur dan terbentuklah zigot. Pada taraf ini karpel mulai tumbuh dan membentuk buah dan selanjutnya ovul berubah menjadi biji. Embrio berkembang dari zigot.

GERAK PADA TUMBUHAN

 

Gerak pada tumbuhan terjadi karena :

·         Adanya iritabilita tumbuhan yaitu kemampuan tumbuhan untuk menanggapi impuls.

·         Adanya impuls yang dating dari luar dan dalam tumbuhan yang masuk melalui desmodesmata.

·         Terjadi pada bagian organ tumbuhan atau seluruh tubuh tumbuhan.

Menurut penyebabnya dapat dibedakan menjadi :

1.      HIGROSKOPIS/HIGROSKOPIK yaitu gerak pada tumbuhan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh kelembaban atau perubahan kadar air. Ex : Membuka dan menutupnya sporangium pada Bryophyta dan Pterydophyta; Pecahnya buah polong-polongan.

2.      AUTONOM/ENDONOM yaitu gerak pada tumbuhan yang diakibatkan oleh proses dalam tubuh tumbuhan  sehingga dapat terjadi dengan sendirinya. Ex : gerak spiral pada  batang tanaman kacang, sulur pada tanaman anggur dan letak kedudukan daun pada batang kelapa.

3.      ESIONOM/ETIONOM yaitu gerak pada tumbuhan yang diakibatkan oleh adanya impuls dari luar tubuh tumbuhan.

Macam  gerak Esionom :

1.      TROPISME/TROPIS yaitu gerak bagian tumbuhan yang sesuai dengan dengann arah datangnya implus. Dapatbersifat negative dan positif. 

Ex :

·         Fototropisme dengan impuls berupa cahaya. Fototropisme negative terjadi pada akar dan fototropisme positif terjadi pada batang. 

·         Hidrotropisme dengan impuls berupa air. Terjadi  pada gerak akar tumbuhan air.

·         Tigmotropisme/Haptotropisme dengan impuls berupa sentuhan. Terjadi pada sulur labu dan anggur.

·         Geotropisme dengan impuls berupa gaya gravitasi. Terjadi pada akar. Dapat bersifat negative dan positif.

·         Kemotropisme dengan impuls berupa zat kimia. Terjadi pada buluh serbuk sari menuju bakal buah pada proses fertilisasi.

·         Reotroopisme dengan impuls berupa arus air. Terjadi pada tumbuha yang tinggal di tepi aliran sungai.

 

2.      NASTI yaitu gerak bagian tumbuhan atau seluruh tubuh tumbuhan yang  merupakan akibat respon dari impuls yang ada. Reaksi yang diperlihatkan tiddak tergantungdari arah datangnya impuls.

Ex :

·         Seismonasti dengan impuls berupa sentuhan. Terjadi pada Mimmosa pudica, yang daunnya kan mengatup apabila disentuh  dan daun Venus akanmengatup apabila  ada insecta yang masuk menyentuh daunnya.

·         Niktinasti dengan perubahan gelap dan terang yang impulsnya  meliputi cahaya dan suhu.  Terjadi pada daun Belimbing, Lamtoro, Petai Cina yang sel-sel pulvinus akan kekurangan air sehingga  daun menutup atau kelihatan kayu pada sore hari. Dikenal denga gerakan tidur pada daun.

·         Nasti komlpeks dengan impuls yang lebih dari satu yaitu meliputi cahaya, suhu, air, zat kimia. Terjadi pada menutup daan membukanya stomata pada daun.

·         Fotonasti dengan impuls berupa cahaya. Terjadi pada mekarnya bunga Mirabilis jalapa pada pukul empat sore.

·         Thermonasti dengan impuls berupa suhu. Terjadi pada bunga Tulip yang mekar pada musim tertentu  pada saat cahaya dan suhu tertentu.

 

3.      TAKSIS yaitu gerak seluruh tubuh tumbuhan yang berpindah tempat pada tumbuhan tingkat rendah atau berpindahnya kedudukan bagian organ/seluruh tubuh tumbuahan. Dapat bersifat negative dan positif.

Ex :

·         Kemotaksis  dengan impuls berupa zat kimia. Terjadi pada gerak spermatozoid pada tumbuhan Bryophyta dan Pterydophyta. 

·         Fototaksis dengan impuls berupa cahaya. Terjadi pada gerak Euglena sp, Chlamydomonas sp  yang bergerak mencari cahaya untuk fotosintesis Serta gerak organel kloroplas yang mencari cahaya.

·         Thermotaksis dengan impuls berupa suhu. Terjadi pada golongan Algae yang bergerak ke daerah yang memiliki suhu yang lebih tinggi.

Kamis, 19 April 2012

Avicenia marina (Api-api)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Family : Acanthaceae

Genus : Avicenia

Species : Avicenia marina

Deskripsi Pohon

Habitus

clip_image002[3]

Pohon kecil atau besar, tinggi hingga 3m, dan tajuk agag renggang.

Akar

clip_image004[3]

Akar: Akar nafas (pneumatophores) yang muncul 10-30 cm dari substrat berupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekekeliling batangnya.

Batang

clip_image006[3]

Batang: Pohon mempunyai cabag-cabang horizontal yang menunjukkan pertumbuhan yang teus menerus. Pepangan (kulit batang) halus keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol berupa sendi-sendi tulang dengan permukaan licin hingga peca-pecah vertical, biasanya seperti serpihan, diameter batang bisa mencapai mencapai 40 cm lebih.

Daun

clip_image008[3]

Daun: daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat, helai daun seperti kulit, daun menghijau di atas, abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan Kristal garam yang tersa asin (ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut), pertulangan daun umumnya tidak jelas terlihat, kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas. Bentuk daun elliptical-lanceolata atau ovate-elliptica pj=7 cm, l=4cm

Bunga

clip_image010[3]

Perbungaan dalam karangan bertangkai panjang bentuk paung, malai atau bulir, terletak di ujung tangkai atau di ketiak daun dekat ujung. Bunga-bunga duduk (sessile), membulat ketika kuncup, berukuran kecil antara 0,3 – 1,3 cm, berkelamin dua, kelopak 5 helai, mahkota kebanyakan 4 (jarang 5 atau 6) helai, kebanyakan kunining atau jingga kekuningan dengan bau samar-samar, benang sari kebanyakan 4, terletak berseling dengan mahkota bunga.

Selasa, 10 April 2012

macam-macam model pembelajaran

 

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

6. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

7. Problem Posing

Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

9. Probing-prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)

Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

11. Reciprocal Learning

Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.

12. SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

13. TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:

a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan

b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.

c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)

Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

16. TAI (Team Assisted Individualy)

Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

17. STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

18. NHT (Numbered Head Together)

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

19. Jigsaw

Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

20. TPS (Think Pairs Share)

Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

21. GI (Group Investigation)

Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

22. MEA (Means-Ends Analysis)

Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.

23. CPS (Creative Problem Solving)

Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

24. TTW (Think Talk Write)

Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)

Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.

26. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)

Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh

FLUIDA DINAMIK

 

— FLUIDA IDEAL

Fluida ideal adalah suatu model. Jadi, bukan fluida yang sebenarnya.

— Sifat sifat model fluida

— 1.Fluida bersifat tidak kompresibel

— 2.Aliran fluida tidak turbulen

— 3.Aliran fluida bersifat stasioner

— 4.Fluida tidak kental

— KONTINUITAS

Debit

Banyaknya elemen massa fluida yang melalui suatu luas permukaan tertentu dalam waktu tertentu.

Rumus untuk debit Q dapat kita turunkan dengan cara ukuran banyak volume fluida yang mengalir persatuan waktu

Q= ∆v/∆t

Jika debit fluida dengan kecepatan aliran v melalui pipa penampang A adalah Q = v x A , jika fluida yang mengalir melalui kedua pipa sama besar

Persamaannya adalah

v1.A1 = v2.A2

Persamaan diatas disebut persamaan kontinuitas.

— Contoh soal

1.Sebuah pipa besar yang luas penampangnya 6 cm2 yang mempunyai ujung sebuah keran yang luas penampangnya 2 cm2. kecepatan air yang mengalir pada pipa besar adalah 0,2 m/s. dalam waktu 10 menit berapakah banyaknya air yang keluar dari keran.

Diket : A1 = 6 cm2

A2 = 2 cm2

v = 0,2 m/s

t = 10 menit

Ditanya : V……………………?

Jawab :

A1V1=

0,0006.0,2=

0,00012 =

=0,072 m3

— Asas Bernouli

Bunyi hukum Bernouli

“bahwa semakin besar kecepatan fluida semakin kecil tekanannya”.

Persamaan Bernouli:

Keterangan:

P : Tekanan (atm)

: Massa jenis fluida (kg/m3)

g :percepatan grvitasi bumi (m/s2)

h : Tinggi (m)

— Aplikasi Persamaan Bernouily

• Alat penyemprot

karena prinsip kerja alat ini bahwa semakin cepat memperkecil luas penampang semakin besar tekanan yang diperoleh.

• Gaya angkat sayap pesawat

sesuai dengan persamaan bernouli bahwa pada saat terbang sayap pesawat tekanan fluida pada bagian atas berkurang sedangkan bagian bawah tekanan fluida bertambah sehingga menghasilkan gaya keatas yang tegak lurus.

• Alat pengukur kecepatan aliran fluida

venturimeter dan tabung pitot

Persamaan Bernoulli pada Bidang Datar

 

Sebelumnya kita telah belajar mengenai prinsip Om Bernoulli. Nah, Om Bernoulli juga mengembangkan prinsipnya itu secara kuantitatif. Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita anggap aliran fluida tunak & laminar, tak-termampatkan alias tidak bisa ditekan, viskositas alias kekentalannya juga kecil sehingga bisa diabaikan.

Pada pembahasan mengenai Persamaan Kontinuitas, kita sudah belajar bahwa laju aliran fluida juga dapat berubah-ubah tergantung luas penampang tabung alir. Berdasarkan prinsip om Bernoulli yang dijelaskan di atas, tekanan fluida juga bisa berubah-ubah tergantung laju aliran fluida tersebut. Selain itu, dalam pembahasan mengenai Tekanan Pada Fluida (Fluida Statis), kita juga belajar bahwa tekanan fluida juga bisa berubah-ubah tergantung pada ketinggian fluida tersebut. Nah, hubungan penting antara tekanan, laju aliran dan ketinggian aliran bisa kita peroleh dalam persamaan Bernoulli. Persamaan bernoulli ini sangat penting karena bisa digunakan untuk menganalisis penerbangan pesawat, pembangkit listrik tenaga air, sistem perpipaan dkk.

Agar persamaan Bernoulli yang akan kita turunkan berlaku secara umum, maka kita anggap fluida mengalir melalui tabung alir dengan luas penampang yang tidak sama dan ketinggiannya juga berbeda (lihat gambar di bawah). Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita terapkan teorema usaha dan energi pada fluida dalam daerah tabung alir (ingat kembali pembahasan mengenai usaha dan energi). Selanjutnya, kita akan memperhitungkan banyaknya fluida dan usaha yang dilakukan untuk memindahkan fluida tersebut.

clip_image001

Warna buram dalam tabung alir pada gambar menunjukkan aliran fluida sedangkan warna putih menunjukkan tidak ada fluida.
Fluida pada luas penampang 1 (bagian kiri) mengalir sejauh L1 dan memaksa fluida pada penampang 2 (bagian kanan) untuk berpindah sejauh L2. Karena luas penampang 2 di bagian kanan lebih kecil, maka laju aliran fluida pada bagian kanan tabung alir lebih besar (Ingat persamaan kontinuitas). Hal ini menyebabkan perbedaan tekanan antara penampang 2 (bagian kanan tabung alir) dan penampang 1 (bagian kiri tabung alir) – Ingat prinsip Bernoulli. Fluida yang berada di sebelah kiri penampang 1 memberikan tekanan P1 pada fluida di sebelah kanannya dan melakukan usaha sebesar :

clip_image002
Maka persamaan W1 bisa ditulis menjadi :
W1 = P1A1L1
Pada penampang 2 (bagian kanan tabung alir), usaha yang dilakukan pada fluida adalah :
W2 = -P2A2L2

Tanda negative menunjukkan bahwa gaya yang diberikan berlawanan dengan arah gerak. Jadi fluida melakukan usaha di sebelah kanan penampang 2.
Di samping itu, gaya gravitasi juga melakukan usaha pada fluida. Pada kasus di atas, sejumlah massa fluida dipindahkan dari penampang 1 sejauh L1 ke penampang 2 sejauh L2, di mana volume fluida pada penampang 1 (A1L1) = volume fluida pada penampang 2 (A2L2). Usaha yang dilakukan oleh gravitasi adalah :

W3 = -mg(h2-h1)
W3 = mgh1 – mgh2

Tanda negative disebabkan karena fluida mengalir ke atas, berlawanan dengan arah gaya gravitasi. Dengan demikian, usaha total yang dilakukan pada fluida sesuai dengan gambar di atas adalah :

W = W1 + W2 + W3
W = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2

Teorema usaha-energi menyatakan bahwa usaha total yang dilakukan pada suatu sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya. Dengan demikian, kita bisa menggantikan Usaha (W) dengan perubahan energi kinetik (EK2 – EK1). Persamaan di atas bisa kita tulis lagi menjadi :

W = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2
EK2 – EK1 = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2
½ mv22 – ½ mv12 = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2

Ingat bahwa massa fluida yang mengalir sejauh L1 pada penampang A1 = massa fluida yang mengalir sejauh L2 (penampang A2). Sejumlah massa fluida itu, sebut saja m, mempunyai volume sebesar A1L1 dan A2L2, di mana A1L1 = A2L2 (L2 lebih panjang dari L1).

clip_image003

clip_image004

clip_image005

Ini adalah persamaan Om Bernoulli. Persamaan om Bernoulli ini kita turunkan berdasarkan prinsip usaha-energi, sehingga merupakan suatu bentuk Hukum Kekekalan Energi

clip_image006

Ruas kiri dan ruas kanan pada persamaan Bernoulli di atas bisa mengacu pada dua titik di mana saja sepanjang tabung aliran sehingga kita bisa menulis kembali persamaan di atas menjadi :

clip_image007Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara besaran-besaran dalam persamaan mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung alir.

Sekarang mari kita tinjau persamaan Bernoulli untuk beberapa kasus.

Persamaan Bernoulli pada Fluida Diam

Kasus khusus dari persamaan Bernoulli adalah untuk fluida yang diam (fluida statis). Ketika fluida diam alias tidak bergerak, fluida tersebut tentu saja tidak punya kecepatan. Dengan demikian, v1 = v2 = 0. Pada kasus fluida diam, persamaan Bernouli bisa kita rumuskan menjadi :

clip_image008

Persamaan Bernoulli pada Tabung Alir atau Pipa yang ketinggiannya sama

Jika ketinggian tabung alir atau pipa sama, maka persamaan Bernoulli bisa dioprek menjadi :

clip_image009

PENULISAN KATA

A.    Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Buku itu sangat menarik.

Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.

Kantor pajak penuh sesak.

Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.

Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia, dan juga semua bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua suku kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya. Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya tentang bahasa Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata dasar dalam bahasa Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau Pola Wajib , yaitu:

  1. Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan sebagainya.

  2. Pola Kanonik II: K-V-K-V-K, maksudnya di samping Pola Kanonik I kata-kata dasar Indonesia dapat juga tersusun dari Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal-Konsonan, misalnya: rumah, tanah, batang, sayap, larang, dan lain-lain.

 

Kita tidak menyangkal akan apa yang telah dikemukakan oleh von Dempwolff. Tetapi, andaikata kita menerima secara mutlak Pola Kanoniknya itu sebagai dasar yang absolut, maka bagaimana kita harus menerapkan kata-kata seperti tendang, banting, panggil, aku, api, anak, dan lain-lain? Berarti kita sekurang-kurangnya menambahkan beberapa macam rumus lagi agar bisa menampung semua kata dasar yang terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya: K-V-K-K-V-K, V-K-V-K, V-K-V. Dan semua rumus ini sekurang-kurangnya baru mengenai kata-kata dasar. Jika kita membahas kata-kata pada umumnya, tentu akan lebih banyak lagi.

Oleh karena itu kita mengambil suatu dasar lain yang lebih sempit yaitu berdasarkan suku kata ( silaba ). Bila kita berusaha untuk memecah-mecahkan kata dasar bahasa Indonesia menjadi sukukata-sukukata, maka kita akan sampai kepada satu kesimpulan bahwa ada tiga macam struktur sukukata dalam bahasa Indonesia yaitu: V, V-K, K-V , dan K-V-K . Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu, misalnya:

1.      ru – mah     (K-V + K-V-K)

2.      ka – ta        (K-V + K-V)

3.      a  - pa         (V + K-V)

4.      lem – but    (K-V-K + K-V-K)

5.      na – ik        (K-V + V-K)

6.      a – ir           (V + V-K) dan lain-lain.

 

1.        Akar Kata

Jika kita memperhatikan lagi dengan cermat akan bentuk-bentuk kata dasar, tampaklah bahwa ada banyak kata yang memiliki bagian yang sama. Seorang ahli bahasa dari Austria bernama Renward Brandsetter telah mencurahkan minatnya sepenuhnya dalam hal ini. Ia akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dalam sejarah pertumbuhannya, pernah terbentuk dari suatu unsur yang lebih kecil yang disebut akar kata . Kata-kata seperti bukit, rakit, bangkit, ungkit, dan lain-lain dapat dipulangkan kepada suatu unsur dasar yaitu vkit.

Dengan demikian dalam bahasa Indonesia kita mendapat bermacam-macam akar kata seperti:

vtun : tuntun, santun, pantun.

vtas : batas, atas, pentas, petas, retas , dan lain-lain.

vlut : kalut, balut, salu, belut, dan lain-lain.

vlit : lilit, kulit, sulit, belit,  dan lain-lain.

 

2.        Arti Akar Kata

Pada umunya kita masih bisa mencari dan menemukan arti dari akar kata-kata dalam bahasa Indonesia. Tetapi sering juga kita terbentur dengan adanya kata-kata yang menganndung akar kata yang sama tetapi tidak terdapat kemiripan arti, misalnya:

vlut  mengandung arti : menggulung, melibat;

Karo : ulut = menggulung

Melayu : bulut = bungkus dengan cepat

 

Tetapi apa arti akar kata Ilut yang terdapat dalam kata-kata seperti:

kalut = pikiran yang kacau

belut = sejenis binatang air?

 

Persoalan di atas tidak perlu memusingkan kita, bila kita ingat bahwa dalam bahasa Indonesia sekarang pun terdapat homonim-homonim, di mana bentuk kata-kata itu sama tetapi tidak ada kemiripan arti, misalnya:

       Bisa = dapat, sanggup.

       Bisa = racun.

 

Jadi dalam masa purba pun tentu terdapat homonim-homonim pada akar kata. Hanya kita menghadapi kesulitan sekarang, sebab tidak dapat mencari arti yang tepat lagi atau kadang gagal sama sekali. Seandainya akar-akar kata itu masih produktif dipakai dalam pembentukan baik pembentukan kat maupun pembentukan macam lainnya, maka akan lebih mudah untuk mencari artinya. Lain halnya dengan kata-kata yang homonim dalam bahasa Indonesia sekarang; kita dapat menemukan artinya dengan mudah karena kita bisa mendapat kata-kata itu dalam suatu konteks. Dengan demikian kita dapat menafsirkan artinya berdasarkan hubungannya dalam konteks tertentu.

 

3.        Pembentukan Kata Dasar

Dari bermacam-macam akar kata itu dapat dibentuk kata-kata dasar seperti yang ada sekarang dalam bahasa Indonesia. Pembentukan kata dasar tersebut dilakukan dengan berbagai cara:

a.       Reduplikasi akar kata:       gak + gak > gagak

lit + lit       > lilit

tun + tun   > tuntun, dan lain-lain.

b.      Mendapat formatif (pembentuk) awalan: a-, i-, u-, ka-, sa-, ta-

ka + bur > kabur

se + bar > sebar

c.       Mendapat formatif sisipan er, el, um, dan in:

king + er > kering

kan + um > kuman

d.      Mendapat formatif akhiran: -an, -en, -n, dan –i

e.       Penggabungan antar akar kata:

ruk + sak > rusak (ruk = merusak, sak = membinasakan)

f.       Ada pula kata dasar yang hanya terdiri dari satu akar kata. Dalam hal ini kita dapati kata-kata dasar yang menyatakan:

  1. Interjeksi: ah, hai, dan lain-lain.

  2. Onomatope: sar, sir, sur, sis, dan lain-lain.

  3. Kata-kata yang menyatakan sesuatu yang terjadi tiba-tiba. Kata-kata semacam ini banyak terdapat dalam bahasa Sunda dan Jawa, misalnya: bes, cup, rep, jlog, dan lain-lain.

  4. Bahasa bayi: mam, mak, pak, dan lain-lain.

  5. Kata-kata yang dipakai untuk panggilan orang: cih, nung, kak, kang, bi, dan lain-lain.

6.      Hukum van der Tuuk dan Kesepadanan Bunyi

7.      Di antara ahli bahasa Eropa yang pernah mengadakan perbandingan bahasa-bahasa Nusantara adalah H. N. van der Tuuk. Dari hasil penelitian, baik yang diadakan oleh ahli-ahli lain maupun oleh van der Tuuk sendiri, akhirnya tercapai suatu pendapat bahwa harus dengan tegas dibedakan dua macam trill (bunyi getar), yaitu /r/ palatal dan /R/ uvular. Fonem /R/ uvular biasanya berganti-gantian dengan /g/ dan /h/, sedangkan /r/ prepalatal biasanya bertukar dengan /d/ dan /l/. Pertukaran antara fonem-fonem ini di antara berbagai bahasa Nusantara dikenal dengan nama Hukum van der Tuuk I dan Hukum van der Tuuk II.

8.      Yang dimaksud dengan Hukum van der Tuuk I adalah saling bertukar antara fonem R-G-H, serta Hukum van der Tuuk II adalah pertukaran antara donem R-D-L.

9.      Sesungguhnya ada hubungan-hubungan yang teratur abtara fonem-fonem berbagai bahasa Nusantara. Kita dapat memperbanyak hubungan-hubungan ini misalnya antara b dan w. Ini sama sekali tidak berarti bahwa fonem /b/ dalam bahasa X akan selalu berganti dengan fonem /w/ dalam bahasa Y. Pertukaran ini tidak mutlak.

10.  Oleh karena itu harus diadakan koreksi terhadap istilah yang dipakai oleh ahli-ahli tersebut. Kita tidak bisa mempergunakan istilah IhukumI dalam hubungan ini, dan juga kita harus menghindari pemakaian istilah berganti atau bertukar . Bukti mana yang menjelaskan bahwa /b/ berubah menjadi /w/ atau /w/ berubah menjadi /b/? Secara deskriptif kita hanya bisa mencatat bahwa ada kesepadanan atau korespondensi antara bunyi-bunyi tersebut. Oleh karena itu untuk selanjutnya kita mempergunakan istilah lain yaitu kesepadanan bunyi atau korespondensi bunyi.

11.  Jadi dalam berbagai bahasa Nusantara terdapat kesepadanan bunyi atau korespondensi-korespondensi bunyi tertentu, misalnya:

12.  Ada kesepadanan bunyi antara /b/ dan /w/:

13.  tebu ( Melayu) — tewu (Ngaju Dayak)

14.  besi (Melayu) — wesi (Jawa)

15.  Ada kesepadanan bunyi antara /r/ - /d/ - /l/:

16.  padi (Melayu) — pari (Lampung) — palay (Tagalog)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.     Kata Turunan

1.      a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya :

berjalan                 Dipermainkan

gemetar                 kemauan

lukisan                   menengok

 

b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

Misalnya :

mem-PHK-kan                  di-PTUN-kan

di-upgrade                        me-recall

 

2.      Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:

bertepuk tangan

garis bawahi

menganak sungai

sebar luaskan

 

3.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

Dilipatgandakan

menggarisbawahi

menyebarluaskan

penghancurleburan

pertanggungjawaban

 

4.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai

Misalnya :

Adipati                         dwiwarna                                 paripurna

Aerodinamika              ekawarna                                 poligami

Antarkota                    ekstrakurikuler                        pramuniaga

Antibiotic                     infrastruktur                            prasangka

Anumerta                     inkonvensional                        purnawirawan

Audiogram                   kosponsor                                saptakrida

Awahama                    mahasiswa                              semiprofessional

 

Catatan :

   (1)      Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.

Misalnya :

non-Indonesia

pan-Afrikanisme

pro-Barat

   (2)      Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf capital.

Misalnya:

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun

   (3)      Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.

Misalnya:

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.

Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita

   (4)      Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.

Misalnya:

Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.

Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan

   (5)      Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.

Misalnya:

taklaik terbang

taktembus cahaya

tak bersuara

tak terpisahkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C. Bentuk Ulang

1.      Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.

Misalnya :

Anak-anak                   mata-mata

Berjalan-jalan              menulis-nulis

Biri-biri                        mondar-mandir

Buku-buku                  ramah-tamah

Hati-hati                      sayur-mayur

 

Catatan :

                                       (1)            Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.

Misalnya :

Surat kabar → surat-surat kabar

Kapal barang → kapal-kapal barang

Rak buku → rak-rak buku

                                       (2)            Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.

Misalnya :

Orang besar            orang-orang besar

                                    orang besar-besar

Gedung tinggi                    gedung-gedung tinggi

                                    gedung tinggi-tinggi

 

2.      Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.

Misalnya :

Kekanak-kanakan

Perundang-undangan

Melambai-lambaikan

Dibesar-besarkan

Catatan :

Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.

Misalnya :

Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.

Kami mengundang orang2 yang berminat saja.

Mereka me-lihat2 pameran.

Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta.

Bajunya ke-merah2-an

 

[sunting] D. Gabungan Kata

1.      Unsur unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.

Misalnya :

Duta besar                   model linear

Kambing hitam           orang tua

Simpang empat           persegi panjang

2.      Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya :

Anak-istri Ali               anak istri-Ali

Ibu-bapak kami           ibu bapak-kami

Buku-sejarah baru       buku sejarah-baru

3.      Gabungan kata yang sudah dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.

Misalnya :

Acapkali          darmasiswa     puspawarna

Adakalanya     darmawisata    radioaktif

Akhirulkalam  dukacita          saptamarga

Alhamdulillah halalbihalal      saputangan

Apalagi            hulubalang       saripati

Astagfirullah   kacamata         sebagaimana

Bagaimana      kasatmata        sediakala

 

 

 

E. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Buku ini boleh kaubaca.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Rumahnya sedang diperbaiki.

Catatan:

Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.

Misalnya:

KTP-mu

SIM-nya

STNK-ku

 

 

F. Partikel

1.      Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya :

Bacalah buku itu baik-baik!

Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Siapakah gerangan dia?

Apatah gunanya bersedih hati?

2.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya :

Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.

Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.

Catatan:

Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Adapun sebab sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.

Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.

Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.

3.      Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya :

Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.

Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.

Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari

Catatan :

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.