Sabtu, 12 Maret 2011

ikan sidat

Ikan Sidat Komoditas Potensial 
Ikan sidat ditemukan di perairan laut, payau dan air tawar dengan penyebaran di dunia 18 spesies, 12 spesies di antaranya tersebar di perairan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang dianggap sebagai daerah asal-usul (home land) dari jenis Anguilidae (ikan sidat dunia).
Ikan sidat mempunyai siklus hidup reproduksi yang unik dan rumit, di mana ikan sidat dewasa yang telah matang gonad akan bermigrasi ke laut dan berpijah di kedalaman laut lebih dari 300 m. Setelah telur menetas, larva sidat (leptocephalus) yang berbentuk seperti pita transparan, akan terbawa oleh arus laut dan kembali ke perairan pantai. Sebelum memasuki perairan pantai, larva akan bermetamorfosa menjadi glass eel. Hingga berumur sekitar 5-7 bulan, glass eel akan terbawa oleh air pasang surut, memasuki perairan estuari, sungai dan berkembang menjadi elver. Sekitar 1-3 tahun, elver akan tumbuh dan berkembang menjadi sidat dewasa, di mana setelah matang gonad, akan kembali ke laut untuk berpijah. Semua sidat berpijah hanya sekali dan kemudian mati. Durasi hidup ikan sidat cukup panjang bisa mencapai 10-20 tahun, namun ini tergantung dari jenis dan lokasi.

Benih Sidat Tatelu
Ikan sidat telah mulai dibudidayakan di negara-negara maju seiring dengan peningkatan permintaannya dari waktu ke waktu. Sebut saja Jepang dan Eropa yang mulai merintis usaha tersebut. Bahkan di China, budidaya ikan bernama latin Angguila sp.ini telah berlangsung lebih dari dua dasawarsa terakhir. Kendati demikian, upaya itu belum bisa memenuhi semua permintaan sidat.
Peluang inilah yang kini tengah diupayakan Indonesia, menjadi pemasok sidat di dunia. Ini bukan tanpa dasar karena potensi pengembangan budidaya sidat di tanah air sangat besar. Bayangkan saja, selain didukung dengan potensi lahan juga terdapat dua spesies sidat dengan ketersediaan benih alam yang melimpah. Kedua spesies tersebut adalah Agguilla bicolor dan Angguilla marmorata. Jenis pertama mempunyai karakteristik pertumbuhan lebih cepat dan berwarna putih kehitaman. Sedangkan Angguilla marmorata pertumbuhannya lambat tetapi berukuran besar dan disukai konsumen di China.



Namun, pengembangan sidat di bumi pertiwi terkendala penyediaan benih (fingerling) yang sudah siap tebar dalam jumlah besar. Sebab usaha tersebut memerlukan penanganan mulai dari adaptasi terhadap air tawar, pakan buatan dan pertumbuhan untuk mencapai stadia sidat muda atau fingerling. Kendala lain adalah prasarana budidaya, yaitu penyediaan sarana kolam yang harus menggunakan konstruksi permanen untuk mencegah sidat lolos dari kolam. Disamping itu juga membutuhkan sarana air mengalir dan aerator untuk menjaga agar kandungan oksigen bisa memenuhi syarat hidup dan pertumbuhan sidat.

Faktanya, sampai saat ini produksi benih sidat secara artifisial belum bisa dilakukan karena proses reproduksi ikan ini tergolong rumit dan unik. Ikan sidat yang berukuran besar di air tawar tidak bisa mengalami proses pematangan gonad atau produksi telur bila tidak bermigrasi ke laut. Secara alamiah, pemijahan sidat berlangsung di perairan laut dalam yang masih misterius hingga saatP ini. Sementara benih-benih (stadium glass eel) bermigrasi ke perairan tawar melalui muara-muara sungai pada saat bulan gelap.

Beberapa wilayah menunjukkan adanya migrasi benih tersebut. Misalnya Sulawesi Utara. Yaitu di Amorang Kab. Minahasa Selatan, Poigar di Kab. Bolmong dan Inobonto di Kab. Bolmong. Keberadaan benih-benih itu bisa dimanfaatkan sebagai sumber benih alam.

Untuk benih alam yang berukuran sangat kecil umumnya baru mencapai stadium glass eel maupun elver. Tahapan ini membutuhkan perkembangan lebih lanjut untuk mencapai stadium sidat muda. Sedangkan benih yang besar di perairan alami tidak banyak yang bisa hidup (survive) akibat ancaman pemangsa, perubahan kondisi perairan yang kian tercemar dan banyaknya kegiatan konstruksi di perairan yang mengurangi peluang keberlangsungan hidup benih.

Karena itu upaya yang dibutuhkan untuk menyelamatkan benih-benih tersebut adalah melakukan perawatan (nursery) secara khusus sehingga keberlangsungan hidupnya menjadi besar. Caranya antara lain melalui upaya penangkapan benih pada bulan gelap di muara sungai. Hal itu memungkinkan penyediaan benih dalam jumlah besar meski masih memerlukan upaya penanganan hingga mencapai stadium dan ukuran yang siap dibesarkan di kolam budidaya secara efisien. Sebagai kunci keberhasilan awal pengembangan budidaya sidat adalah kemampuan menyediakan benih siap tebar. Untuk itu harus bisa menjamin tingkat keberlangsungan hidup yang tinggi dari hasil pengumpulan benih alam yang berukuran sangat kecil.

Tahapan-tahapannya sebagai berikut. Pertama adaptasi untuk mendapatkan glass eel yang bisa hidup di air tawar dan responsif terhadap pakan formula. Kemudian penyesuaian air media dengan penurunan kualitas secara bertahap dan adaptasi pakan hidup (cacing diubah menjadi pakan buatan). Ke dua, penumbuhan elver agar menjadi sidat muda elver yang adaptif. Untuk itu dibutuhkan 3 hal yaitu manajemen kualitas air yang memungkinkan kondisi air cepat bersih dan kaya oksigen, memacu asupan pakan melalui penyediaan pakan dengan aktabilitas tinggi dan gizi berimbang serta ke tiga dengan grading ukuran (sortasi) antara individu yang berukuran besar dan kecil. Benih yang siap tebar di kolam harus memenuhi syarat. Yakni ukuran mencapai lebih dari 5 gr/ekor) serta memiliki rasio lebar badan dan berat panjang tidak kurang dari 1,4 cm x 9 gr x 17 cm.


Sidat Jadi Primadona



Ikan sidat (Anguilla sp) mungkin tidak di kenal banyak orang di sini. Tapi, dia berbagai negara ikan sidat njadi makanan primadona yang harganya sangat mahal. Sidat adalah sejenis belut, namun bentuknya lebih panjang dan besar. Ada yang mencapai 50 cm. Memang tidak enak dilihat. Tapi siapa sangka, konsumen asing aggap cita rasa ikan sidat enak dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kalau di restoran Jepang, ikan ini sebutannya Unagi, dengan harga sangat mahal. Dan sidat inilah menjadi salah satu primadona yang terus dikembangkan dan diteliti di BLUPPB Karawang.

Guna melihat secara langsung komoditi ini, belum lama ini Pusat Data Statistik, dan Informasi (Pusdatin) menyelenggarakan Kunjungan Pers Komuditas Wartawan Kelautan dan Perikanan (Komunikan) ke balai ini. Dihadapan 30 wartawan ibukota, IMade Suitha, Kepala BLUPPB Karawang menjelaskan budidaya ikan sidat di Indonesia baru dimulai sekitar tahun 2007 oleh Satuan Kerja Tambak Pandu Karawang.

“Melihat permintaan pasar dunia yang sangat besar mendorong kami untuk melakukan penelitian budi daya ikan sidat diBLUPPB Karawang,”jelasnya.
Sekarang, pengenbangan budidaya ikan sidat di Pandu Karawang sangat berhasil. Kendati Jepang dan Thailand cukuip lama membudidayakan, kedua negara menggunakan benih dari Indonesia.

BLUPPB Karawang, menurutnya, siap memberikan batuan dalam bentuk teknologi budidaya bagi masyarakat yang ingin berwirausaha. Saat ini, beberapa kelompok masyarakat dan perorangan telah melakukan pembudidayaan ikan sidat di tambak Pandu Karawang,

“Kami menyediakan lahan yang bisa disewa maksimal dua tahun. Setelah itu mereka harus mandiri, untuk memberi kesempatan pada masyarakat lain yang ingin belajar budi daya ikan sidat,” jelasnya.

Sidat kini menjadi salah satu peluang bisnis yang sangat besar. Ekspor ikan sidat teutama ke Mancau, Taiwan, Jepang, China dan Hongkong, Potensi pasar negara lain yang belum digarap antara lain Singapura, Jerman, Italia, Belanda dan Amerika Serikat.

Harga ikan sidat memang sangat menggiurkan, di tingkat petani ikan sidat utuk elver dijual mencapai Rp 250 ribu per kg. Untuk ukuran 10-20 gram berkisar antara Rp. 20 ribu sampai Rp. 40 ribu per kg,sedangkan ukuran konsumsi lebih dari 500 gram untuk jenid Anguilla bicolor pada pasar lokal rata-rata Rp. 75.000/kg, jenis Anguilla marmorata Rp. 125 ribu Rp. 175 ribu per kg.

Sidat juga banyak keunggulan, diantaranya terdapat kandungan vitamin A, kandungan EPA rata-rata lebih tinggi DHA ikan sidat 1.337 mg/100 gram mengalahkan ikan salmon yang hanya tercatat 820 mg/100 gram atautenggiri 748 mg/100 gram.

Sumber :
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Informasi Pasar Dunia

PEMBENIHAN LELE DUMBO

PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO

I. PENDAHULUAN
Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan, menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tak heran, apabila minat masyarakat untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar.


II. Sistematika
Philum Chordata, Kelas Pisces, Anak Kelas Telestei, Bangsa Ostariophysi, Anak Bangsa Siluridae, Suku Claridae, Marga Clarias dan Jenis Clarias gariepinus.

Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mempunyai 4 pasang kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Lele dumbo banyak ditemukan di rawa-rawa dan sungai di Afrika, terutama di dataran rendah sampai sedikit payau. Ikan ini mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu hidup dalam air yang oksigennya rendah.
Lele dumbo termasuk ikan karnivora, namun pada usia benih lebih bersifat omnivora. Induk lele dumbo sudah dapat dipijahkan setelah berumur 2 tahun dan dapat memijah sepanjang tahun.
- Tanda induk betina: tubuh lebih pendek, mempu- nyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya bulat.
- Tanda induk jantan: tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.

III. PEMBENIHAN
Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian banyak orang yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan ( disuntik ) karena penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat.
A. Pematangan Gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 - 200 m2 dengan kepadatan 2 - 4 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari dari berat tubuhnya. 

B. Seleksi Induk
- Seleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan induk yang akan dipijahkan.
- Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang-kadang apabila dipijit kearah lubang kelamin, keluar telur yang warnanya kuning tua.
- Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelaminnya agak kemerahan

C. Pemberokan
- Pemberokan dilakukan dalam bak seluas 4 - 6 m2 dan tinggi 1 m, selama 1 - 2 hari.
- Pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad.
- Setelah diberok, kematangan induk diperiksa kembali.

D. Penyuntikan
- Induk betina disuntik dengan larutan hipofisa ikan mas sebanyak 2 dosis (1kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas) dan jantan 1/2 dosis atau ovaprim 0,3 ml/kg.
- Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung.

E. Pemijahan / Pengurutan
- Apabila akan dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang sudah disuntik disatukan dalam bak yang telah diberi ijuk dan biarkan memijah sendiri.
- Apabila akan diurut, maka pengurutan dilakukan 8 - 10 jam setelah penyuntikan.
- Langkah pertama adalah menyiapkan sperma: ambil kantong sperma dari induk jantan dengan membedah bagian perutnya, gunting kantong sperma dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dalam gelas yang sudah diisi NaCl sebanyak 1/2 bagiannya. Aduk hingga rata. Bila terlalu pekat, tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
- Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut ke arah lubang kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung dalam mangkuk plastik yang bersih dan kering. Masukan larutan sperma sedikit demi sedikit dan aduk sampai merata. Tambahkan larutan NaCl agar sperma lebih merata. Agar terjadi pembuahan, tambahkan air bersih dan aduklah agar merata sehingga pembenihan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan lagi air bersih kemudian dibuang. Lakukan 2 - 3 kali agar bersih.
- Telur yang sudah bersih dimasukkan kedalam hapa penetasan yang sudah dipasang di bak. Bak dan hapa tersebut berukuran 2 m x 1 m x 0,4 m dan sudah diisi air 30 cm. Cara memasukan, telur diambil dengan bulu ayam, lalu sebarkan ke seluruh permukaan hapa sampai merata. Dalam 2-3 hari telur akan menetas dan larvanya dibiar- kan selama 4-5 hari atau sampai berwarna hitam. 

E. Pendederan
~ Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir
~ Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor kedalam tong, kemudian disebarkan ke seluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 250 - 500 g/m2.
~ Pemupukan menggunakan kotoran   ayam dengan dosis 500 - 1.000 gr/m2.. Kolam di isi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari, disemprot dengan organophosphat 4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari.
~ Benih ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 - 200 ekor/m2.
~ Pendederan dilakukan selama 21 hari. Pakan tambahan diberikan setiap hari berupa tepung pelet sebanyak 0,75 gr/1000 ekor.


IV. PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang lele dumbo adalah Ichthyopthirius multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan, dapat dilakukan dengan persiapan kolam yang baik, terutama pengeringan dan pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharaan atau merendam ikan yang sakit ke dalam larutan Oxytetracyclin 2 mg/l.


Sumber:
http://bbat-sukabumi.tripod.com/lele.html

Mari kita makan ikan lele

Mari Makan Ikan Lele


Ibu Negara Ani Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh orang tua di Indonesia untuk mengenalkan ikan sebagai makanan terbaik untuk anak. Kandungan protein tinggi yang terdapat dalam ikan, bisa membantu meningkatkan kecerdasan anak.

“Kita harus mengenalkan ikan sejak dini kepada anak kita supaya mereka senang mengonsumsi ikan karena sumber protein yang dibutuhkan tubuh, khususnya otak. Pola berpikir kita harus diubah, bahwa ikan adalah makanan terbaik,” kata Ani Yudhoyono, saat membuka Festival Raya Lele Nusantara, di Jakarta, Sabtu (19/6).

Atas dasar itulah, Ibu Negara berjanji untuk mengajarkan cucunya yang baru semata wayang, Almira Tunggadewi Yudhoyono, untuk gemar makan ikan, khususnya lele, sejak dini “Saya punya cucu satu. Nanti sejak dini akan saya ajarkan gemar makan ikan lele. Tapi,nanti kalau usianya sudah mulai lima tahun,” kata Ny .Ani.

Kajian ilmiah membuktikan, ikan memiliki protein yang lebih tinggi ketimbang makanan lain. Sebagai gambaran, ikan bandeng memilki kandungan protein sebesar 21,7 persen, ikan lele 17 persen dan ikan mas 16 persen. “Tidak heran, kenapa orang Jepang terkenal cerdas, karena mereka senang mengonsumsi ikan sejak balita,” kata Ibu Negara.
Kondisi di negeri Sakura tersebut, berbanding terbalik dengan Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, masyarakat Indonesia termasuk yang paling rendah mengonsumsi ikan. Itu sangat ironis, jika melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. “Dengan kondisi geografis seperti ini, seharusnya masyarakat Indonesia Iebih banyak lagi mengonsumsi hasil laut, terutama ikan yang banyak proteinnya,” katanya.
Ibu Negara memaklumi, bisa jadi belum banyaknya warga Indonesia makan ikan disebabkan karena ikan laut identik dengan harga yang mahal. Namun, itu bukan alasan untuk tidak mengonsumsi ikan. “Ikan air tawar pun tidak kalah enak dan murah. Ada ratusan jenis ikan air tawar yang layak untuk dikonsumsi, karena kita punya banyak sungai dan lainnya. Kita harus syukuri, bahwa kita dikasih Tuhan kekayaan alam yang luar biasa, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya, kata Ibu Negara.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad mengatakan, rata rata konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada tahun lalu sekitar 10 kilogram per kepala. Itu masih jauh tertinggal dengan Malaysia yang masyarakatnya mengonsumsi Ikan sekitar 55,5 kg/kepala. “Adapun Jepang lebih tinggi lagi, sekitar 140 kg. kepala,” kata Fadel.
Fadel menegaskan, pihaknya menargetkan produksi ikan Iele sekitar 1 juta ton pada 2015 itu  paten ketimbang produksi tahun ini yang mencapai “ton. “Budidaya ikan lele dapat diusaha kan dalam drum atau gentong hingga dapat menjadi usaha produk.nilai gizi 1 peningkatan ketahanan pangan keluarga,* kata Fadel.

Dala kementerian Kelautandan Perikanan (KKP) menunjukkan, rata rata konsumsi lele tahun lalu mencapai 2,3 kg kepala. Hal itu meningkat ketimbang konsumsi tahun sebelumnya yang sekitar 0,67 kg kepala kita menargetkan produksi ikan lele sebesar KM) ton pada 014, meningkat sekitar persen ketimbang produksi tahun lalu yang mencapai M ton.
Menurut Fadel, meskipun lele masih dianggap sebagai ikan yang kurang menarik, namun budi daya ikan lele paling banyak diusahakan oleh umum meningkat dalam beberapa tahun terakhir “Budi daya ikan lele dapaltdi usahakan dalam drum atau gentong sehingga dapat menijadi alternatif usaha perbaikan gizi atau peningkatan kebutuhan pangan keluarga.” kata FadeL

Sumber :
Jurnal Nasional 20 Juni 2010,hal.1
http://benihikan.net/category/pengolahan/

perkembangan ikan jelawat di Indonesia

Sebagian orang mungkin tidak mengenal ikan jelawat dan memang ikan ini belum begitu popular dibandingkan ikan air tawar lainnya. Padahal ikan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan ikan asli di wilayah perairan Indonesia utamanya di daerah Sumatera dan Kalimantan. Harga ikan jelawat ditingkat pembudidaya cukup tinggi. Sekilogram ikan jelawat konsumsi berdasarkan laporan statistic perikanan budidaya Berkisar 25.000 – 35.000.

Ikan jelawat pada dasarnya memiliki rasa yang enak dan gurih seperti halnya ikan air tawar lainnya ( gurame, nila, lele )namun sebagian orang tidak menyukai ikan ini karena memiliki duri yang sangat banyak. Kabar terbaru ada beberapa pengusaha yang dapat menjual ikan jelawat tanpa duri dengan teknik cabut duri sehingga ikan jelawat dapat dinikmati tanpa khawatir terhadap durinya.
Kandungan ikan jelawat seperti pada umumnya ikan air tawar memiliki kandungan protein dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Proteinnya memiliki komposisi asama amino yang cukup lengkap dan mudah dicerna. Oleh karenanya ikan termasuk jelawat merupakan pilihan tepat untuk diet.
Ikan jelawat selain dapat dijadikan ikan konsumsi juga dapat dijadikan ikan hias. Negara Malaysia menjadikan ikan jelawat sebagai ikan hias dan sangat popular di sana. Ikan ini bersifat omnivore namun memiliki kecenderungan herbivore karena itu ikan ini dapat diberikan pakan berupa sayuran dalam campuran pakan pellet.
Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan karena prospeknya yang baik. Pembudidayaan ikan jelawat pada dasarnya sudah berkembang di wilayah Indonesia namun karena terkendala benih yang masih mengandalkan benih alam, perkembangan budidayanya masih terbatas pada beberapa wilayah saja. Daerah yang telah mengembangkan budidaya ikan jelawat antara lain provinsi Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.
Sebagian besar budidaya jelawat dilakukan dalam wadah karamba yang diletakkan di tepian sungai. Pembudidayaan ikan jelawat dipinggiran sungai karena habitat ikan jelawat yang berada di sungai-sungai besar Indonesia. Walaupun beberapa daerah mengembangkan budidaya ikan jelawat dalam wadah karamba, adapula yang membudidayakan ikan jelawat dalam kolam.
Produksi ikan jelawat hasil budidaya cukup menggembirakan. Berdasarkan buku statistic perikanan budidaya Indonesia yang dipublikasikan oleh Ditjen Perikanan Budidaya, pada tahun 2005 produksi ikan jelawat mencapai 1.569 ton, tahun 2006 naik menjadi 2.608 ton lalu tahun 2007 sebesar 3.360 ton. Sempat turun sedikit produksinya pada tahun 2008 sebesar 3.287 ton kemudian naik lagi produksinya pada tahun 2009 menjadi 4.812 ton. Perkmbangan produksi ikan jelawat secara nasional yang cukup baik adalah provinsi Riau. Sebagian besar produksi ikan jelawat nasional hasil budidaya berasal dari provinsi ini. Pada tahun 2009 saja produksi ikan jelawat provinsi Riau sebesar 3.628 ton dari total produksi nasional yang sebesar 4.812 ton.
Secara morfologi ikan jelawat memiliki bentuk tubuh memanjang dan bulat. Bentuk kepalanya agar mendatar disebelah bagian atasnya dengan bentuk mulut berukuran sedang. Punggungg ikan ini memiliki ciri warna perak kehijauan dan bagian perutnya berwarna putih keperakan. Sirip dada dan perutnya memiliki warna merah dan terdapat dua pasang sungut.
Perbedaan ikan jelawat jantan dan betina dapat mudah dilihat ketika ikan matang gonad adalah sebagai berikut :
1. Induk betina yang matang gonad bercirikan:
perut agak gendut;
Belakang sirip dada halus;
gerakan lamban dan
antara sirip dada kiri dan kanan lembek dan agak melengkung
lubang kelamin kemerahan.
2. Sedangkan tanda induk jantan :
Perut langsing.
Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba
gerakan lincah,
lubang kelamin kemerahan, bila dipijit ke arah lubang kelamin, keluar cairan berwarna putih.
Ikan jelawat yang memiliki nama ilmiah Leptobarbus hoeveni ini teknik budidayanya sangat mudah. Pembesaran ikan jelawat dilakukan di kolam tanah dilakukan dengan cara :
Kolam dengan ukuran 500 m2 ditebarkan 6 – 8 karung pupuk kandang dapat berupa kotoran ayam atau kotoran burung puyuh setelah itu isi air setinggi 40 – 60 cm dan diamkan selama 5 hari. Setalah lima hari masukan 10.000 ekor benih ke dalam kolam pembesaran tersebut. Kemudian beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan. Perlu diperhatikan bahwa air harus dialirkan secara kontinyu. Setelah dua bulan ikan jelawat tersebut dapat dipanen. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 8 ekor per kilogramnya setelah pemeliharaan tersebut.


Sumber : 
Ditjen Perikanan Budidaya
http://benihikan.net/category/perikanan-budidaya/ 

pengembangan Budidaya Ikan Hias


Pengembangan
Budidaya Ikan Hias

Perikanan budidaya bagi sebagian orang terdiri dari produksi benih dan produksi ikan konsumsi. Pendapat ini memang tidaklah salah karena memang kegiatan utama perikanan budidaya terdiri dari dua hal tersebut. Akan tetapi jika dilihat secara detail bahwa ada salah satu jenis ikan yang khusus dimana kegiatan perbenihan dan pembesarannya tidak dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan kegiatan. Ikan yang dimaksud adalah Ikan Hias, baik yang tawar maupun yang payau/laut.
Budidaya ikan hias telah berkembang sangat pesat baik untuk ikan hias air tawar maupun ikan hias laut dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Nilai ekspor ikan hias meningkat tajam selama 4 tahun terakhir, dari 9,4 juta US$ tahun 2006 menjadi 10,02 juta US$ pada tahun 2009. Ini meupakan kondisi pasar yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Namun, Ikan hias yang selama ini menjadi sumber devisa tersebut dan ada di seluruh provinsi Indonesia, sebagian besar didapat dari alam terutama untuk ikan hias air payau/laut. Saat ini, kegiatan pembinaan teknologi budidaya ikan hias belum dilakukan secara fokus dan intens, belum seperti pembinaan pada teknologi budidaya lainnya, karena itu menurut Direktur Produksi perlu adanya pembentukan subdit Budidaya Ikan Hias agar pembinaan terhadap budidaya ikan hias dapat lebih fokus dan intens seperti pada budidaya ikan konsumsi.
Menurut Permen Kelautan dan Perikanan RI No. PER.04/MEN/2009 tentang perubahan keempat Permen Kelautan dan Perikanan No. PER.07/MEN/2005; struktur organisasi direktorat produksi terdiri dari 5 (lima) subdirektorat, yaitu :
1.     Subdit Budidaya Laut
2.    Subdit Budidaya Air Payau
3.    Subdit Budidaya Air Tawar
4.    Subdit Sertifikasi
5.    Subdit Data dan Statistik
Struktur organisasi direktorat produksi di atas belum memuat subdit ikan hias. Pembentukan subdit ikan hias ini perlu dilakukan agar perkembangan ikan hias dapat lebih maju dan terorganisasi dengan baik. Apalagi ikan hias saat ini perkembangannya sangat pesat dan beberapa daerah telah mengembangkan budidaya ikan hias. Dengan masih terbuka luasnya pasar ikan hias baik di dalam negeri maupun di luar negeri maka pengembangan budidaya ikan hias mutlak dilakukan. Apalagi perikanan tangkap pun produktivitasnya mengalami penurunan, Ikan hias pun menjadi bagian dari pencapaian target 353% ditjen perikanan budidaya.
Mulai tahun ini struktur organisasi direktorat produksi mengalami perubahan, yaitu :
1.     Subdit Budidaya Air Payau/Laut
2.    Subdit Budidaya Air Tawar
3.    Subdit Budidaya Ikan Hias
4.    Subdit Sertifikasi
5.    Subdit Data dan Statistik

Secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :


Subdit Budidaya Ikan Hias sendiri peran tupoksi tidaklah berbeda dengan Subdit Budidaya Air Tawar dan Subdit Air Payau/Laut, yaitu :
1.     Melakukan identifikasi kegiatan budidaya ikan hias dan potensi pengembangannya
2.    Melakukan pembinaan usaha budidaya ikan hias menuju sertifikasi usaha
3.    Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan budidaya ikan hias
4.     Penyusunan standardisasi budidaya ikan hias
Diharapkan dengan terbentuknya subdit yang menangani secara khusus tentang budidaya ikan hias akan memajukan budidaya ikan hias yang di beberapa daerah di Indonesia sudah berkembang.

Sumber :
Ditjen Perikanan Budidaya
http://benihikan.net/ikan-hias/pengembangan-budidaya-ikan-hias/