Kamis, 17 November 2011

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

 

A. Garis Besar Proposal

Garis-garis besar proposal penelitian kuantitatif menurut McMillan dan Schumacher (2001) adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan

a. Pernyataan masalah secara umum.

Masalah yang masih bersifat umum dirumuskan secara jelas dan tepat. Rumusan demikian akan membantu pembaca memahami pentingnya masalah dan kedudukan fokus masalah dalam bidang keahlian peneliti (pendidikan). Rumusan masalah umum tersebut ditunjang oleh studi kepustakaan yang sesuai, dijabarkan dalam pertanyaan dan/atau hipotesis khusus, serta manfaat penelitian. Rumusan permasalahan umum tersebut disimpan pada awal alinea, diikuti oleh latar belakang pemilihan masalah. Rumusannya hendaknya cukup padat tetapi mudah ditangkap/dipahami oleh orang yang tidak ahli dalam bidang masalah tersebut.

b. Reviu kepustakaan

Mengemukakan apa yang telah diketahui tentang permasalahan dan kajian teori dan penelitian terdahulu, membantu memper­jelas latar belakang dan pentingnya penelitian. Reviu kepusta­kaan juga menjelaskan tentang pentingnya masalah yang akan diteliti, pendirian peneliti, kritik terhadap desain penelitian terdahulu, identifikasi kesenjangan-kesenjangan dan hal-hal baru yang akan dikembangkan.

c. Hipotesis atau pertanyaan penelitian khusus

Sebagai jabaran dari permasalahan umum dirumuskan hipotesis dan/atau pertanyaan khusus, diikuti rumusan definisi operasional atau penjelasan tentang variabel yang diteliti. Rumusan pertanyaan khusus atau hipotesis hendaknya mampu menggambarkan dengan jelas bahwa penelitian bersifat empiris dengan desain penelitiannya yang spesifik.

d. Manfaat penelitian

Menjelaskan pentingnya penelitian dalam pengembangan pengetahuan, implikasinya bagi penelitian lebih lanjut, manfaatnya praktis untuk pengembangan pendidikan. Manfaat hasil penelitian bagi pengem­bangan pengetahuan (manfaat teoretis) dapat berupa penemuan pengetahuan atau prinsip-prinsip baru. Implikasi hasil penelitian bagi penyem­purnaan pelaksanaan pendidikan dapat berupa bentuk rumusan atau pernyataan-pernyataan yang bersifat umum bukan saran-saran khusus.

2. Desain dan Metodologi

Menjelaskan jenis desain dan metode yang akan digunakan, apakah menggunakan penelitian deskriptif, survai, korelasional, eksperimental, pengembangan, dan jenis-jenis penelitian kuantitatif lainya.

a. Subyek

Dijelaskan siapa/apa target populasi, bagaimana pengambilan sampel dan populasi tersebut, besarnya sampel, prosedur penarikan sampel. Dalam bagian ini dijelaskan juga bagaimana menjaga nama baik subjek yang diteliti, izin untuk meneliti serta memelihara kerahasiaan data dan individu-individu yang menjadi sumber data.

b. Penyusunan instrumen

Dijelaskan jenis instrumen yang digunakan, alasan penggunaan instrumen tersebut. Jika instrumen sudah ada dikemukakan validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Bila instrumen akan dikembangkan dikemukakan proses pengembangan dan pengujian validitas dan reliabilitasnya.

c. Prosedur

Dijelaskan bagaimana penelitian akan dilaksanakan, bagaimana hubungan antar variabel dapat dicari. Dalam penelitian deskriptif atau survai, prosedur ini mencakup penyiapan angket, pembuatan pedoman dan jadwal wawancara, latihan dan pemberian petunjuk bagi pengumpul data. Dalam penelitian eksperimen prosedurnya lebih kompleks, meliputi: identi­fikasi dan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, spesifikasi perlakuan, prosedur untuk mengurangi variabel-variabel penyela, dan lain.

d. Analisis dan penyajian data

Dijelaskan teknik analisis data yang digunakan dan bagaimana proses analisisnya serta bagaimana data hasil analisis disajikan. Bagaimana pengujian setiap hipotesis dilakukan serta alasan penggunaannya. Alasan diarahkan pada kesesuaian dengan tujuan studi, ukuran sampel, serta pengujian instrumen yang digunakan. Pada bagian ini iuga dijelaskan bentuk penyajian data yang akan dibuat seperti: tabel, grafik, profil, bagan dan lain-lain.

e. Keterbatasan desain

Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitanya dengan lingkup studi, desain, dan metodologi. Lingkup studi terbatas pada apa yang dirumuskan dalam permasalahan umum atau fokus penelitian, tidak bisa meneliti semua hal yang terkait dengan permasalah tersebut. Desain juga dibatasi oleh metodologi yang digunakan, kalau metodenya korelasional maka penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi hubungan melalui analisis korelasi, demikian juga dengan komparasi terbatas pada membandingkan hal-hal yang sudah dirancang melalui analsis komparatif.

3. Rujukan

Berupa daftar sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber tersebut dapat berbentuk buku, jurnal, hasil penelitian serta sumber­-sumber dalam situs internet. Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan masalah, perumusan definisi, penyusunan desain, pengembangan instrumen, analisis data, pembahasan bahkan sampai penarikan kesimpulan.

4. Lampiran

Berisi hal-hal yang sifatnya melengkapi atau mendukung proposal penelitian, seperti: jadwal penelitian, rencana anggaran, dan riwayat hidup para peneliti,

B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan secara jelas. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Penelitian kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. Setiap kegiatan penelitian kuantitatif selalu dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan berlandaskan metode ilmiah. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah. Tanpa ada masalah tidak terjadi penelitian, sebab penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Masalah pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan sekalipun tidak selamanya sebab bisa juga dalam bentuk pernyataan. Permasalahan bisa diajukan dalam bentuk deskriptif, asosiatif dan komparatif bahkan untuk satu penelitian bisa diajukan ketiga-tiganya bergantung kepada tujuan yang akan dicapainya.

2. Mengkaji teori keilmuan berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar perumusan masalah. Peneliti menelusuri konsep-konsep, prinsip, generalisasi dan berbagai literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan variabel dan masalah yang diteliti. Kajian teori tersebut sebagai dasar dalam merumuskan kerangka berpikir dalam melihat hubungan antar variabel untuk Selanjutnya mengajukan alternatif kemungkinan jawaban atas masalah atau sering disebut hipotesis.

3. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam mengumpulkan data empiris atau verifikasi data di lapangan. Artinya jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dan tersurat dalam rumusan hipotesis. Dengan kata lain data empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis.

4. Melakukan verifikasi data empirik yakni data lapangan yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini peneliti harus menentukan jenis data yang diperlukan apakah data kualitatif atau data kuantitatif. Jika data kuantitatif apakah data nominal, ordinal, interval atau data rasio. Dari mana data itu diperoleh dalam hal ini berkaitan dengan, populasi dan sampel serta responden penelitian. Cara atau teknik memperoleh data serta alat atau instrumen yang digunakan untuk menjaring data. Data yang terkumpul terus diolah dan dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji hipotesis.

5. Menarik kesimpulan dalam arti membuat generalisasi atas dasar hasil uji hipotesis. Hasil uji hipotesis sifatnya adalah temuan penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian ini dibahas dan disintesiskan untuk kemudian disimpulkan. Kesimpulan inilah pada hakekatnya adalah jawaban atas masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan ilmiah.

Karena permasalahan yang diteliti sudah jelas dan prosedur penelitian sudah baku, maka proposal penelitian kuantitatif dipandang sebagai “blue print” yang harus digunakan sebagai pedoman baku dalam melak­sanakan penelitian. Sebagai acuan, proposal penelitian kuantitatif dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut.

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Perumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Kegunaan/Manfaat Penelitian

II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoretik

B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Penelitian

III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Instrumen Penelitian

E. Teknik Analisis Data

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

ANGARAN BIAYA PENELITIAN

Uraian berikut, menjelaskan tentang susbtansi yang harus disajikan dalam proposal penelitian kuantitatif.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang diharapkan dengan situasi yang ada. Dapat juga dikata­kan sebagai kesenjangan anta­ra tujuan yang ingin dicapai dengan keterbatasan alat dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan terse­but. Masalah juga dapat dikatakan se­bagai kesenjangan anta­ra teori dan praktik. Masalah penelitian dilatar belakangi oleh adanya situasi yang memerlukan pemecahan sehingga perlu dilakukan suatu pe­ne­li­ti­an. Masalah yang masih umum dapat berkembang menjadi masalah penelitian kuantitatif apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubung­an antara dua variabel atau lebih.

2. Walaupun tidak merupakan suatu keharusan bahwa suatu masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, akan tetapi banyak ahli penelitian menyarankan bahwa masalah penelitian hendaknya dinyatakan dalam bentuk pertanya­an. Masalah pe­nelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan lebih mengarahkan pada jawaban yang diharapkan. Dengan menyajikan masalah dalam bentuk pertanyaan, jawaban akan lebih jelas dan langsung pada sasarannya.

3. Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara empirik. Pengujian empirik berarti bahwa pemecahannya dilandasi oleh bukti-bukti empirik dengan cara mengumpulkan data yang relevan.

Latar belakang masalah adalah alasan mendasar yang menunjukkan bahwa tema/ topik/ judul penelitian tersebut penting dan menarik untuk dilaksanakan. Pada bagian ini berisi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada suatu bidang kajian penelitian. Tetapi dalam peristiwa itu, sekarang ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan dan standar yang ada, baik standar yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu dalam latar belakang ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah, peneliti harus dapat menunjukkan adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti.

Latar belakang maslah penelitian tidak muncul begitu saja atas dasar inspirasi. Untuk mendapatkanya peneliti dapat mencari darai berbagai sumber rukukan antara lain ialah:

1. Hasil kajian pustaka. Pustaka-pustaka yang berupa buku, dokumen-dokumen ilmiah, jurnal, terbitan berkala, indeks, laporan hasil penelitian, abstrak tesis dan disertasi, dan internet, merupakan sumber-sumber yang sangat pen­ting dalam memperoleh masalah penelitian. Biasanya siapa yang lebih banyak menguasai bahan pustaka, akan lebih

2. mudah mendapatkan masalah penelitian.

3. Hasil diskusi dengan sejawat atau kolegial yang se-profesi. Dari diskusi-diskusi baik yang sifatnya formal maupun informal, akan dapat membantu peneliti dalam menemu­kan masalah penelitian. Sering dijumpai, bahwa walaupun seseorang telah melakukan banyak kajian pustaka, tetapi masih saja sulit untuk mengangkat suatu masalah peneliti­an yang layak. Melalui diskusi dengan sejawat akan mem­bantu mempermudah menemukan dan merumuskan masa­lah penelitian. Diskusi memiliki be­ragam bentuk, yang se­muanya dapat dimafaatkan untuk menemukan masalah pe­nelitian, seperti seminar, simpo­sium, diskusi panel, kon­fe­rensi, lokakarya, dan yang sejenis lainnya.

4. Masalah penelitian juga dapat diperoleh dari lapangan, mi­salnya sekolah, universitas, organisasi, masyarakat, mau­pun lembaga lain di mana peneliti berada dan bergaul dengan sesama dalam kehidupan sehari-harinya.

5. Pengalaman-pengalaman pribadi juga sering merupakan sumber munculnya masalah penelitian. Bahkan tidak jarang suatu masalah penelitian yang muncul berkat renungan pribadi.

6. Surat kabar harian, majalah-majalah, dan media elektronik juga tidak jarang dapat membantu peneliti dalam meng­angkat masalah penelitian. Dengan membaca berita-berita media-media tersebut, sering seorang peneliti dapat men­jumpai berita-berita yang menarik untuk diangkat menjadi masalah penelitian.

7. Masalah penelitian juga sering muncul sebagai akibat kemajuan dan perubahan teknologi-informasi. Tidak jarang suatu teknologi dan informasi baru mengandung efek samping yang patut dan layak untuk diteliti. Masalah penelitian dapat berasal dari dampak negatif dari kemajuan teknologi-informasi tersebut.

Tasa dasar sumber sumber di atas, substansi serta struktur pembahasan dalam latar belakang masalah dapat disajikan dalam tata urutan sebagai berikut:

1. Mengungkap tinjauan makro atau dasar pemikiran tentang tema/ topik/ judul penelitian dimana area permasalahan berada.

2. Mengungkap alasan rasional dan empirik tentang pentingnya tema/ topik/ judul penelitian.

3. Mengungkap adanya kesenjangan antara harapan das sollen dan kenyataan das sein untuk mengemukakan variabel. Dengan kata lain, mengungkap fakta-fakta empiris di lapangan yang menunjukkan adanya suatu masalah yang harus dipecahkan. Sumber informasi dapat diambil dari data statistik, hasil penelitian sebelumnya, pengamatan, atau pengalaman peneliti.

4. Mengemukakan faktor-faktor yang diduga dapat menjadi penyebab munculnya suatu masalah atau rendahnya variabel dengan menggunakan pendekatan logis berdasarkan fakta atau dengan menggunakan pendekatan teoretis berdasarkan teori dan hasil penelitian relevan.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah sejumlah aspek permasalahan yang muncul sehubungan dengan tema/topik/judul penelitian. Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasikan. Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara masalah yang telah diidentifikasi. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variabel.

C. Pembatasan Masalah

Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian.

Dalam usaha mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian, sering ditemukan lebih dari satu masalah sehingga diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah berarti penetapan atau memilih satu atau lebih masalah dari sejumlah masalah yang sudah teridentifikasi disertai argumentasinya. Pertimbangan untuk menentukan layak atau tidak suatu masalah diteliti, didasarkan pada pertimbangan dua arah yaitu dari arah yaitu: (1) Dari arah masalah yang merupakan pertimbangan obyektif. Pertimbangan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian terhadap masalah ini akan memberikan sumbangan kepada pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dan pemecahan masalah-masalah praktis; (2) Dari arah peneliti yang merupakan pertimbangan subjektif. Dalam arti masalah yang akan ditelitinya menarik keingintahuan peneliti dan sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki oleh peneliti.

Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik, pembatasan masalah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field research). Hal itu berarti bahwa masalah penelitian yang baik, adalah masalah yang cara pemecahan yang pa­ling efektif dilakukan melalui proses penelitian. Se­hu­bung­an dengan hal itu maka peneliti harus memiliki ke­siapan dan kemampuan untuk melaksanakan penelitian, di mana tujuan utamanya ialah untuk melakukan peng­ujian teori ataupun untuk menemukan jawaban terhadap masa­lah penelitian.

2. Kebermaknaan atau keberartian (signifikansi) pemecahan masalah. Suatu masalah penelitian yang baik harus me­miliki signifikansi, baik untuk kepentingan praktis maupun teoretis. Signifikansi praktis berarti bahwa hasil pemecahan masalah penelitian memberikan sumbangan terhadap praktik kehidupan sehari-hari. Sedang signifikansi teoretis berarti bahwa dari hasil pemecahan masalah tersebut akan mampu melahirkan prinsip-prinsip penting yang berguna untuk memperkaya, memperluas wawasan, dan me­ngem­bang­kan teori yang telah ada. Pendeknya, dalam memilih masalah penelitian, harus dipertimbangkan nilai-nilai penting yang terkandung di dalam masalah penelitian.

3. Keaslian (originalitas). Suatu masalah penelitian yang baik harus menunjukkan bahwa masalah tersebut merupa­kan sesuatu yang baru, bukan duplikasi atau replikasi dari apa yang pernah dikemukakan orang lain. Hal ini menjadi sangat penting teruatama pada penelitian-penelitian infe­ren­sial, dan penelitian untuk menghasilkan tesis dan disertasi.

4. Kelayakan untuk dilaksanakan. Be­berapa pertanyaan yang muncul sehubungan dengan per­timbangan tentang dapat tidaknya dilaksanakan tersebut antara lain ialah:

a. Pertimbangan mengenai kompetensi peneliti. Dalam hal ini pertanyaan yang sering diajukan ialah seberapa jauh kemampuan peneliti dalam menyusun peren­cana­an penelitian. Soal perencanaan ini penting, karena suatu rencana yang baik akan berfungsi sebagai pengarah jalannya proses penelitian. Seberapa jauh kemampuan peneliti menguasai metodologi penelitian. Seberapa jauh kemampuan peneliti memaknai atau menginterpretasi data dan hasil penemuannya. Juga tidak kalah pentingnya ialah kemampuan peneliti dalam mengembangkan penemuannya dalam suatu konsep yang tersusun secara logis dan sistematis.

b. Apakah untuk memecahkan masalah penelitian ter­sebut cukup tersedia data yang diperlukan. Apakah dalam proses pengumpulan data tersebut sekiranya akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dari pihak yang berwenang, misalnya dalam hal perijinan pe­neliti­an.

c. Apakah telah tersedia waktu, biaya, serta tenaga peneliti yang diperlukan.

5. Keberanian peneliti dalam mengangkat masalah-masalah penelitian yang oleh pihak-pihak tertentu di­anggap sensitif atau rawan. Seringkali dijumpai bahwa dalam mengajukan masalah penelitian, peneliti dihinggapi rasa takut untuk mengangkat atau mengajukan masalah-masalah yang sensitif atau rawan, padahal masalah ter­sebut berdasarkan pertimbangan ilmiah merupakan masalah yang penting dan urgen untuk diangkat.

6. Tentang minat peneliti. Suatu masalah peneliti­an yang akan dipecahkan harus menarik bukan saja bagi peneliti yang bersangkutan, akan tetapi juga harus cukup menarik bagi orang lain sesuai dengan bidangnya.

Dalam membatasi masalah, masalah harus diseleksi berdasarkan informasi, pengalaman-pengalaman, maupun teori-teori yang relevan. Apabila masalah penelitian tidak mem­pertimbangkan mengenai hal itu, maka masalah penelitian akan kehilangan landasan berpijak.

D. Perumusan Masalah

Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan (variabel apa saja yang akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu dengan yang lain), dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Perumusan masalah merupakan pemetaan faktor-faktor dan variabel-variabel yang terkait. Kualitas suatu penelitian tidak cukup dipertimbangkan berdasarkan kriteria-kriteria sebagaimana diuraikan sebelumnya. Kualitas suatu penelitian juga ditentukan oleh bagaimana ma­salah penelitian tersebut dirumuskan. Untuk dapat menyaji­kan perumusan masalah penelitian yang baik, perlu diikuti be­berapa persyaratan sebagai berikut:

1. Masalah penelitian harus dirumuskan secara spesifik. Dengan perumusan yang spesifik, akan dapat me­nunjuk­kan tentang gambaran yang lebih menfokus mengenai arah pemecahannya. Namun demikian, walaupun harus dirumuskan secara spesifik, peneliti pada waktu meng­identifikasi masalah penelitiannya, terlebih dahulu harus memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang masalah-masalah yang bersifat umum, agar peneliti tetap memiliki wawasan yang lebih komprehensif dan makro. Baru sesudah gambaran komprehensif dan makronya di­beber­kan, pembatasan masalah penelitian yang sifatnya lebih spesifik dikemukakan. Hal itu disarankan, oleh karena masalah-masalah penelitian yang dirumuskan terlalu spesifik dan sempit, dikhawatirkan peneliti akan kehilangan dari konteks wawasan yang bersifat makro.

2. Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik, harus diikuti dengan perumusan secara operasional. De­ngan perumusan yang operasional terkandung maksud bahwa masalahnya menjadi mudah untuk diamati dan di­ukur indikator-indikatornya.

3. Masalah penelitian harus dirumuskan dalam bentuk per­nyataan deklaratif atau dalam bentuk kalimat per­tanya­an. Banyak ahli menyarankan agar supaya masalah pe­nelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, karena dengan bentuk pertanyaan, akan lebih mem­fokuskan pada jawaban atau pemecahan masalah yang akan diperoleh.

4. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana, pendek, dan padat dan men­cerminkan inti masalah yang diajukan. Pertimbangan ini di­ajukan agar masalah penelitian yang dapat difahami de­ngan mudah oleh pihak-puhak lain yang berkepentingan de­ngan penelitian yang akan dilakukan, tanpa adanya ke­mungkinan untuk diinterpretasi secara beragam dan mem­bingungkan.

5. Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional (dapat dinalar) dan diargumentasikan secara jelas, sehingga dapat meyakinkan pihak-pihak lain untuk menerimanya.

Rumusan masalah yang telah ditetapkan, pada tahap selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan tujuan yang akan mengarahkan pemilihan metode serta prosedur penelitian.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dan kegunaan penelitian sebenamya dapat diletakkan di luar pola pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada kaitannya dengan permasalahan, oleh karena itu dua hal ini ditempatkan pada bagian ini. Tujuan penelitian adalah pernyataan yang menjelaskan keinginan mendapat jawaban atas pertanyaan yang konsisten dengan perumusan masalah. Pada dasarnya tujuan penelitian adalah memberikan penjelasaan tentang sesuatu yang akan diperoleh jika penelitian tersebut selesai.

Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya: Bagaimanakah tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX? Maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX. Kalau rumusan masalahnya: Apakah ada pengaruh Diklat terhadap kinerja pengawas sekolah, maka tujuan penelitiannya adalah: Ingin mengetahui pengaruh Diklat terhadap kinerja pengawas sekolah. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian.

F. Kegunaan/ Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat penelitian adalah pernyataan tentang tujuan umum penelitian yang konsisten dengan latar belakang masalah. Pernyataan tentang manfaat harus mengandung dua hal yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis bagi pihak-pihak yang terkait dengan upaya pemecahan masalah penelitian. Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dan tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat dicapai dan rumusan masalah terjawab maka sekarang kegunaannya apa. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu: (1) Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan teoretis; (2) Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Kegunaan dan manfaat penelitian harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Pernyataan tentang manfaat pada tahap selanjutnya akan dijadikan dasar dalam mengemukakan implikasi teoretis, implikasi praktis, dan saran-saran.

II. DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teori

Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu construct yang menjelaskan hubungan antar variabel. Kristali­sa­si teori dapat berupa definisi atau proposisi yang me­nyaji­kan pandangan tentang hubungan antar variabel yang di­susun secara sistematis, dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun perencanaan peneliti­an. Oleh karena itu, teori yang dudeskripsikan harus memenuhi unsur-unsur berikut:

1. Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan pe­nelitian;

2. Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipo­tesis penelitian;

3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan memaknai data atau fakta yang telah dikumpulkan;

4. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah pe­neliti­an, teori akan membantu mendudukkan per­masalah­an pe­nelitian secara nalar dan runtut;

5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang di­per­oleh dari hasil penelitian, sehingga konsep dan wawas­an­nya menjadi lebih mendalam dan bermakna;

6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain pe­nelitian, teori memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan para ahli melalui teori yang telah digenera­lisasikan secara baik;

7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen pe­nelitian, terutama yang menggunakan validitas konstruct (construct validity) dan validitas isi (content validity), teori akan memberikan dasar-dasar konseptual dalam me­nyusun definisi operasional. Dari definisi operasional ter­sebut akan melahirkan indikator-indikator, dan dari indi­kator-indikator tersebut akan menghasilkan deskriptor-deskriptor, sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.

Pemebuhan unsur-unsur di atas teori-teori dikemukakan adalah teori yang relevan sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis). Deskripsi teori dapat pula dimanfaatkan dalam penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telali teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti.

Mengingat betapa besar­nya peranan kerangka teori dalam penelitian kuantitatif, prosedur penyusunan landasan teori perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi antara lain buku-buku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak disertasi dan tesis. Tujuan yang utama dalam melakukan kajian pustaka ini antara lain ialah:

a. Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti me­nyajikan permasalahan penelitian yang diajukan.

b. Me­nge­tahui apakah permasalahan penelitian yang di­aju­kan merupakan permasalahan yang orisinil atau be­rupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain.

c. Memberikan dasar bagi pe­neliti akan penguasaan konsep-konsep teoritik yang akan dijadikan kerangka pemikiran, sehingga dengan begitu peneliti akan memahami apa yang seharusnya dilakukan, bukan melakukan sesuatu kerja dan atau langkah tanpa konsep yang jelas.

d. Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan oleh orang atau ahli lain, sehingga peneliti tidak dikatakan me­laku­kan replikasi.

e. Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam bidangnya, peneliti akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian, sehingga hipotesisnya memiliki landasan teoretis yang kuat.

f. Memberikan justi­fikasi mengenai kerangka pemikiran yang diaju­kan. Dengan demikian, peneliti yang membuat para­digma penelitian akan memiliki landasan pemikiran yang kuat.

g. Mem­peroleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya, dan akan terhindar serta tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan atau kekurang­an-kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelum­nya.

2. Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang lain untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan defini operesional varaibel.

3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka teorinya dalam susunan kerangka pe­mikir­an yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).

4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi penelitian, tetapi muncul berdasarkan landasan teori

Berdasarkan prosedur tersebut di atas, struktur pembahasan dalam deskripsi teoretik meliputi: (1) Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel penelitian yang akan dianalisis; (2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain yang telah dipublikasikan; (3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian teori.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikir penelitian. Kerangka berpikir dikemukakan dengan maksud untuk menyusun reka pemecahan masalah (jawaban pertanyaan penelitian) berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka berpikir berguna untuk menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis dan juga tempat bagi peneliti untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang berhubungan dengan variabel pokok dan sub variabel pokok yang ada dalam penelitian.

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang teliti diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoretis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoretis perlu dijelaskan hubungan antar variabel. Kerangka berfikir penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoretis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti

Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, perlu dikemukakan kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan berupa kerangka berfikir yang asosiatif maupun komparatif. Kerangka berfikir yang bersifat asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika ..... maka .....Misalnya jika kompetensi profesional tinggi maka kinerja akan meningkat.

Dalam suatu penelitian biasanya kerangka berpikir digambarkan dengan menggunakan bagan-bagan yang dihubungkan dengan anak panah. Tidak ada standar dalam pembuatan kerangka berpikir, yang penting pembaca dapat dengan mudah mengetahui hubungan antara konsep-konsep yang digambarkan. Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik jika mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Penjelasan variabel-variabel yang diteliti

2. Menunjukan dan menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan teori yang mendasarinya.

3. Menunjukan dan menjelaskan bentuk hubungan antar variabel (positif atau negatif, simetris, kausal atau timbal balik)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi tentatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih mengenai fenomena atau variabel (Kerlinger, 2000). Tentatif yang dimaksudkan dalam rumusan tersebut mengandung pengertian bahwa hipotesis yang diajukan tersebut harus diuji kebenarannya, dan untuk peng­ujiannya dilakukan melalui penelitian. Pengertian lain menunjukkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dan dinyatakan dalam bentuk hubungan antar dua variabel atau lebih, me­rupa­kan pernyataan yang menyatakan hakekat suatu fenomena.

Fungsi utama dari suatu hipotesis penelitian adalah sebagai pedoman dalam memberikan arah dan jalannya kegiatan penelitian yang dilakukan, mulai dari penyusun­an desain penelitian, penentuan kriteria dalam penyusunan instrumen penelitian, termasuk berfungsi sebagai pedo­man dalam dalam menetapkan indikator-indikator tentang aspek-aspek atau variabel-variabel yang diukur, juga se­bagai pedoman dalam menentukan teknik analisis data penelitian. Hipotesis penelitian kualitatif berasal dari teori yang relevan sebagai hasil dari kaji­an pustaka. Melalui kajian pustaka, peneliti dapat meng­adopsi berbagai teori yang ada. Hipotesis jenis ini termasuk hipotesis yang dibangun secara deduktif. Dalam arti lebih umum, terutama pada penelitian-penelitian kuantitatif, hipotesis diajukan de­ngan berlandaskan pada teori yang memiliki tingkat generalisasi luas.

Agar hipotesis yang diajukan memiliki kualitas yang diharapkan, diperlukan kriteria tertentu. Borg dan Gall (2001) memberikan sejumlah kriteria sebagai berikut:

1. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang me­nyata­kan hubungan antara dua variabel atau lebih.

2. Hipotesis harus dilandasi argumentasi yang kuat ber­dasarkan pada teori dan atau pengalaman lapangan yang kuat.

3. Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian lapangan.

4. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.

Atas sara kriteria tersebut hipotesis harus konsisten dengan teori-teori yang ada serta disusun sedemikian rupa sehingga eksplanasi yang dikemukakan memiliki argumentasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Substansi hipotesis yang dikemukakan di sisi sebut juga sebagai hipotesis pe­ne­litian. Hipotesis penelitian biasanya berupa pernyataan yang memberikan jawaban sementara terhadap masalah pe­nelitian yang diajukan oleh peneliti. Contoh hipotesis dan rumusan masalah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Contoh Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian

No

Rumusan Masalah

Hipotesis Penelitian

1

Apakah terdapat perbedaan disiplin kerja antara guru SMK dengan guru SMA?

Terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA

2

Apakah terdapat perbedaan kompetensi pedagogik antara guru SD, guru SMP, dan guru SMA?

Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru SD, SMP, dan SMA.

3

Apakah terdapat hubungan antara kompetensi profesional dengan kinerja guru?

Terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional dengan kinerja guru.

4

Apakah terdapat hubungan antara kepusan kerja dan intensitas supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru?

Terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dan intensitas supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru.

Manfaat hipotesis adalah memberikan tuntunan dalam melakukan penelitian, memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian, dan sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang tercerai-berai menjadi satu kesatuan. Peneliti dituntun untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Hasil analisis data yang dikumpulkan akan menentukan apakah hipotesis yang telah dibuat bisa diterima atau ditolak.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian menggambarkan strategi atau cara yang dilakukan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah. Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. Dalam metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian berisi rumusan langkah-langkah penelitian dan pendekatan yang digunakan. Dalam penjelasan tentang metode penelitian harus dikemukakan alasan mengapa menggunakan metode tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilihat kaintanya dengan proses pengumpulan data serta upaya untuk menguji hipotesis penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam hal ini perlu dikemukan tempat/lokasi dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Misal di sekolah, di perusahaan, di instansi pemerintah, dan lain-lain. Waktu pelaksanaan mencakup waktu dari setiap tahapan proses yang akan dilakukan dan kapan serta berapa lama penelitian tersebut dilakukan.

C. Populasi dan Sampel

Secara umum populasi adalah semua individu atau unit atau peristiwa yang ditetapkan sebagai obyektif penelitian. Secara teknis populasi tidak lain adalah kumpulan dari unit-unit elementer yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu. Oleh karena peneliti akan meneliti sifat-sifat dari unit elementer, dan kemudian dari unit-unit elementer itu akan disimpulkan. Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa populasi adalah kumpulan ukuran-ukuran tentang sesuatu yang kepadanya akan dibuat inferensi atau kesimpulannya. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyektif/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:117). Populasi adalah keseluruhan obyektif penelitian yang akan menjadi sumber data. Populasi bisa dibatasi dengan populasi sasaran dan populasi terjangkau. Populasi terjangkau adalah sebagian dari populasi sasaran yang dijadikan sebagai kerangka sampel.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang sama dan atau serupa dengan populasinya. Sesuai dengan rumusan tersebut, sampel harus memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat populasinya. Sampel yang demikian dinyatakan sebagai sampel yang representatif. Sampel yang diambil harus memiliki karakteristik, jelas dan lengkap sehingga mewakili populasi. Syarat sampel yang baik adalah harus representatif (karakteristik sampel sama dengan karakteristik populasi) dan memadai (ukuran sampel cukup untuk meyakinkan kestabilan karakteristiknya.

Dalam proposal penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif. Untuk itu digunakan teknik pengambilan sampel yang sesuai. Terkait dengan uraian di atas, dalam proposal perlu dijelaskan:

1. Definisi yang jelas tentang populasi target/sasaran

2. Definisi yang jelas tentang populasi terjangkau

3. Jumlah sampel yang akan diambil serta prosedur dalam menetapkan jumlah tersebut

4. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Perlu dijelaskan dalam proposal teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga betul-betul didapat data yang valid dan reliabel. Jangan semua teknik pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya tidak dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dan mencantumkan ke tiga teknik pengumpulan data itu adalah: setiap teknik pengumpulan data yang dicantumkan harus disertai datanya. Memang untuk mendapatkan data yang lengkap dan obyektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, tetapi bila satu teknik di pandang mencukupi maka teknik yang lain bila digunakan akan menjadi tidak efisien.

Penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur suatu gejala akan menggunakan instrumen penelitian. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada variabel yang diteliti. Bila variabel yang diteliti jumlahnya lima, maka akan menggunakan lima instrumen. Dalam hal ini perlu dikemukakan instrumen apa saja yang akan digunakan untuk penelitian, skala pengukuran yang ada pada setiap jenis instrumen, dan bagimana prosedur pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Uraian tentang teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dikemukakan dalam proposal sebaiknya mencakup:

  1. Penjelasan tentang jumlah dan jenis data yang akan dikumpulkan.
  2. Penjelaskan tentang jenis/bentuk instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
  3. Menjelaskan prosedur pengembangan instrumen termasuk uji coba yang akan dilakukan (validitas dan reliabilitas)
E. Teknik Analisis Data

Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, maka teknik analisis data ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis mana yang diajukan, akan menentukan teknik statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat rancangan, maka teknik analisis data ini telah ditentukan. Bila peneliti tidak membuat hipotesis, maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu dijawab, maka sulit membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang dihasilkan hanya dapat berlaku untuk sampel yang digunakan, tidak dapat berlaku untuk populasi.

Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau mencapai tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan biasanya berkenaan dengan analsis statistik untuk menjawab rumusan masalah atau pengujian hipotesis. Uraian tentang teknik analsis data dikemukakan dalam proposal sebaiknya mencakup:

  1. Penjelasan tentang data yang akan dianalisis
  2. Penjelasan tentang tahapan proses analisis data.
  3. Penjelasan tentang model kuantitatif yang digunakan pada setiap tahapan proses meliptui deskripsi data, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis.

Pada bagian akhir penjelasan analisis data perlu dikemukakan rumusan hipotesis statistik atas dasar hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis statistik terdiri atas hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Selanjutnya dapat dicontohkan sebagai berikut:

Tabel 3.2: Contoh Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik

No

Hipotesis Penelitian

Hipotesis Statistik

1

Terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA

· H0 : m1 = m2 (Hipotesis Nol)

Tidak terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA

· Ha : m1 ≠ m2 (Hipotesis alternatif)

Terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA

m1 = rata-rata disiplin kerja guru SMK

m2 = rata-rata disiplin kerja guru SMK

2

Terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional dengan kinerja guru.

· H0 : r = 0 (Hipotesis Nol)

Tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru.

· Ha : r > 0 (Hipotesis alternatif)

Terdapat hubungan posisitif antara motivasi kerja dengan kinerja guru.

r = koefisien korelasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar