Hewan Endemik Terancam di Pulau Kalimantan (Borneo) “ Bekantan”
Sebelum masuk kedalam penjelasan akan hewan ini, sedikit akan digambarkan mengapa hewan ini termasuk hewan yang menarik untuk diamati. Satwa liar dapat juga diartikan binatang yang hidup liar di alam bebas tanpa campur tangan manusia. Dalam ekosistem alam satwa liar memiliki peranan yang sangat banyak, salah satunya adalah melestarikan hutan (Alikodra,1990). Contoh kecil seperti jenis primata yang suka memakan buah-buahan berbiji yang termakan primata akan utuh kalau dikeluarkan kembali dalam bentuk kotorannya, jadi seperti persemaian alami yang paling baik. Biji yang disebarkan oleh primata itu akan tumbuh menjadi pohon baru. Oleh karena itu, sangatlah penting membiarkan satwa liar hidup di hutan (Fachrul, 2007). Salah satu satwa liar yang termasuk dalam golongan primata adalah bekantan.
Penyebaran satwa ini sangat terbatas dan untuk kelangsungan hidupnya memerlukan kondisi tertentu.
Pada National Geographic edisi Agustus 2002 disebutkan, di seluruh Kalimantan, tidak sampai 8.000 bekantan tersisa di habitatnya yang berupa rawa, hutan mangrove, dan tepian sungai dekat Muara. Diperkirakan, saat ini tidak sampai 7.000 ekor bekantan tersisa di alam, di habitatnya yang kesemuanya telah atau sedang terdesak, atau dirusak, oleh aktivitas manusia.
Dibawah ini diuraikan secara singkat mengenai apa dan bagaimana satwa ini, sehingga kita dapat melangkah untuk menjaga kelestariannya.
Ciri Morfologi Bekantan
· Bekantan (Nasalis larvatus) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae
Genus : Nasalis
Spesies : Nasalis larvatus
· Seperti primata lainnya, hampir seluruh bagian tubuhnya ditutupi oleh rambut (bulu), kepala, leher, punggung dan bahunya berwarna coklat kekuning-kuningan sampai coklat kemerah-merahan, kadang-kadang coklat tua. Dada, perut dan ekor berwarna putih abu-abu dan putih kekuning-kuningan (Anonim, 2009).
· Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda (Anonim, 2009)
· Perbedaan antara jantan dan betina
Ø Jantan | : | Rambut pipi bagian belakang berwarna kemerah-merahan, bentuk hidung lebih mancung |
Ø Betina | : | Rambut pipi bagian belakang berwarna kekuning-kuningan, bentuk hidung lebih kecil |
Gambar Bekantan Jantan Gambar Bekantan Betina
· Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera betina berukuran 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit (Anonim, 2009)
Tingkah Laku Bekantan
Berdasarkan pengamatan langsung terhadap bekantan disuatu daerah di Kalimantan Timur:
· Bekantan merupakan binatang siang (diurnal), yang selalu bersembunyi di dahan-dahan pohon. Mereka sering terlibat dalam kelompok yang amat besar dekat sungai, mereka diketahui pandai berenang dan sering juga menyelam. Kerapkali ia melompat dari ketinggian kurang lebih 15 meter ke dalam sungai. Secara khas mereka malah meloncat dengan loncatan jauh dari pohon yang lebih tinggi ke pohon yang lebih rendah. Mereka bisa juga berayun-ayun dari dahan ke dahan dengan tangan pada jarak-jarak yang pendek (Carter, 1978).
· Hewan ini memiliki kemampuan untuk membentuk suatu kelompok disebuah pepohonan yang cukup besar. Aktifitas bekantan biasanya berlangsung pada pagi dan sore hari. Mereka memakan makanan pucuk-pucuk pohon yang masih muda untuk kelangsungan hidup mereka, walaupun tidak terbatas akan pucuk daun, mereka juga memakan buah-buahan yang ada disekitar tempat tinggal mereka.
· Seperti kebanyakan hewan mammalia lain, bekantan memiliki kemampuan untuk memberi isyarat (suara) kepada koloni atau populasi mereka apabila didekati dari hewan lain agar berpindah ke tempat yang aman dan mencoba memperingatkan kepada hewan lain tersebut. Hal ini dibuktikan saat peneliti mencoba melakukan pengamatan lebih dekat akan (bekantan) dengan adanya isyarat suara khusus yang diberikan kepada koloni bekantan tersebut.
· Aktifitas bekantan berkumpul di atas sebuah pohon di pinggir sungai sangat tidak terganggu oleh adanya aktifitas manusia, contoh saja adanya kapal pengangkut batu bara yang sering bersandar dipinggir sungai tempat mereka beraktifitas tidak membuat mereka merasa terganggu, hal ini bisa dikatakan sebagai faktor kebiasaan (membentuk suatu pola perilaku) dari hewan ini yang didapat sehari-hari akibat dekat dengan aktifitas manusia di aliran sungai. Penyebaran dari hewan ini mulai terbatas akibat adanya penebangan hutan atau pembukaan lahan baru.
· Hewan ini akan melakukan perpindahan ketempat lain, apabila ketersediaan makanan tempat mereka hidup telah habis. Biasanya mereka berenang ke sisi sungai yang lain untuk menemukan tempat yang baru. Perpindahan mereka ketempat lain dengan cara berenang tersebut, terkadang dimanfaatkan oleh sebagian manusia untuk menangkap mereka. Alasan mereka menangkap ialah bekantan dapat dijadikan sebagai makanan untuk buaya namun adapula untuk dipelihara.
· Keterkaitan antara bekantan dengan pohon Rambai (Soneratia casiolaris) sangat sulit dipisahkan, karena daun dan buah pohon Rambai adalah merupakan makanan utama bekantan. Selain itu pohon-pohon Rambai menjadi tempat istirahat/tidur bekantan diwaktu malam dan tempat bermain serta mengasuh anak.
Gambar Pohon Rambai
Gambar Buah Rambai
Daerah Persebaran Bekantan
· Bekantan tersebar luas di hutan-hutan sekitar muara atau pinggiran sungai di Kalimantan.
· Di Kalimantan Selatan, Bekantan dapat ditemui di daerah hutan rawa, atau muara dan pinggiran sungai Pulau Kaget dan Pulau Laut.
· Di Kalimantan Barat satwa ini menempati daerah hutan bakau di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung.
· Di Kalimantan Tengah mudah dijumpai di Taman Nasional Tanjung Puting, atau di sekitar Sungai Mahakam.
· Selain itu, bekantan Juga ditemukan di Taman Nasional Kutai serta hutan rawa gambut dan hutan bakau di pantai Kalimantan Timur.
· Dari kedua anak jenis bekantan, Nasalis larvatus larvatus mempunyai daerah sebaran yang relatif lebih luas, hampir seluruh Kalimantan, kecuali bagian timur laut, Serawak bagian tengah, dan Brunei. Sementara itu, penyebaran Nasalis larvatus orientalis hanya terbatas di timur laut Kalimantan.
Faktor yang Mempengaruhi Keterancaman Bekantan
- Perburuan terhadap Bekantan
Manusia memburu dan menangkap bekantan untuk dimakan dagingnya, dipelihara anaknya dan diambil kulitnya.
- Penebangan hutan atau Pembukaan lahan baru
Akibat adanya penebangan hutan dan pembukaan lahan baru maka daerah penyebaran hewan ini mulai terbatas. Contohnya :
· Rencana pembangunan jalan lingkar yang mengitari wilayah Sungai Hitam sebagai akses untuk perumahan yang juga akan dibangun di dekat wilayah tersebut
· Daerah muara Sungai Hitam yang berada di Pantai Tanjung Harapan telah penuh oleh perkampungan nelayan. Selain itu, dibuatnya daerah tepian sungai menjadi areal pertambakan oleh masyarakat sekitar mengakibatkan ketersediaan pohon rambai yang merupakan makanan utama bekantan semakin berkurang.
· Penebangan pohon rambai untuk dijual meskipun tergolong jenis kayu yang lemah.
- Kebakaran Hutan
Kabut asap akibat kebakaran lahan yang semakin parah di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan selain dikhawatirkan mengganggu penerbangan, kesehatan masyarakat, tetapi juga berpengaruh pada kelangsungan hidup bekantan.
Akibat kebakaran lahan, kabut asap semakin tebal dan dampaknya tidak hanya dirasakan masyarakat tetapi juga dirasakan hewan-hewan di alam bebas terutama terhadap hewan bekantan. Kebakaran lahan yang disusul dengan kabut asap akan sangat mengganggu kelangsungan hewan langka ini.
Bila terjadi kebakaran lahan di satu kawasan biasa asapnya akan mengalir ke arah pesisir laut yang umumnya menjadi habitat bekantan. Bila diserang kabut asap, bekantan akan lari menjauh dari gangguan yang dirasakannya. Jika di dalam perjalanannya ke tempat baru tidak ditemukan makanan, maka sangat mungkin monyet berhidung panjang ini akan mati.
- Peranggasan Pohon Rambai yang Merupakan Makanan Utama Bekantan
Terdapat dua faktor yang diduga menjadi penyebab peranggasan, yaitu musim kemarau yang panjang dan pencemaran air dari berbagai industri yang ada di sepanjang Sungai Barito. Namun, penyebab peranggasan tanaman rambai disbabkan pula oleh kelebihan populasi (overpopulation) primata dan sekaligus ketidakmampuan rambai untuk memulihkan diri.
Upaya Penyelamatan Bekantan
Memperhatikan daya dukung habitat yang semakin menurun, maka dapat diambil beberapa langkah penanggulangan, guna menyelamatkan bekantan dari ancaman kekurangan makanan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan Evakuasi
Yaitu bekantan dievakuasi ke habitat yang lebih aman, contohnya:
· Untuk menyelamatkan bekantan, Departemen Kehutanan mengambil langkah tegas. Pada akhir tahun 1998 sekitar 150 ekor bekantan dievakuasi ke Pulau Jawa (Kebun Binatang Surabaya) dan ke pulau-pulau di Sungai Barito (Pulau Bakut, Pulau Kembang, Pulau Tempurung).
2. Pemulihan Habitat Bekantan
Terhadap pemulihan habitat dilakukan terhadap kawasan-kawasan terdegradasi atau terganggu fungsi ekosistemnya, untuk pengembalian peranan fungsi jasa bio-eko-hidrologis, dilakukan dengan cara :
(a) rehabilitasi, dan atau
(b) reklamasi habitat
Sedangkan peningkatan kualitas kawasan hijau dilakukan dengan pengembangan tumbuhan rambai.
3. Mengharmonisasikan Perilaku Lingkungan Sosial
Dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan, pelatihan, dan atau menunjukkan contoh-contoh aktivitas yang berwawasan pelestarian lingkungan.
Agar langkah kongkrit di atas dapat dilakukan serasi dan selaras serta sejalan berdasarkan kaidah-kaidah konservasi, akuntabilitas kinerja petugas juga perlu dibekali dengan pengetahuan yang dinilai memadai.
REFERENSI:
Anonim 2009 A, http://bebsic.bekantan.net/node/2 diakses tanggal 08 Mei 2009.
Anonim 2009 B, http://id.wikipedia.org/wiki/Bekantan diakses tanggal 08 Mei 2009
Carter,V.1978. Mamalia Darat Indonesia. PT. Intermasa: Jakarta
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Jakarta
Yasuma, S dan H.S. Alikodra.1992.Mammals of Bukit Soeharto Protection Forest. The Tropical Rain Forest Research Project: Samarinda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar