Untuk melaksanakan program tersebut perlu pengadaan bibit kakao hibrida, yaitu dengan mendatangkan benih kakao dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur. Program pembibitan dua juta kakao oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus, memerlukan teknis pembibitan yang baik.
Tanaman-tanaman kakao yang tergolong tidak produktif adalah :
1. Tanaman kakao berumur 4—5 tahun tidak berbuah (steril),
2. Tanaman kakao menghasilkan (TM) yang hanya mampu berbuah
10—12 buah per pohon per tahun,
3. Tanaman kakao tua (15—20 tahun) yang tidak produktif, dan
4. Tanaman kakao rusak
Pengadaan Benih Kakao Hibrida
Pengembangan agrobisnis kakao melalui pola rekayasa teknologi adalah pengadaan bibit kakao hibrida. Dalam melaksanakan program tersebut pemerintah daerah Prov. Lampung membeli benih kakao hibrida (F1) dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember Jawa Timur dan mempelajari teknis pembibitan kakao varietas hibrida.
Varietas kakao hibrida adalah varietas kakao Trinitario yang memiliki kemampuan produksi lebih tinggi daripada varietas Criollo dan Forastero. Jika varietas Trinitario akan dijadikan sumber benih varietas kakao hibrida, maka persyaratan buah yang dapat dijadikan benih untuk pembibitan adalah:
(a) buah berasal dari pohon induk yang telah berumur lima tahun, berbuah lebat, dan tidak terserang hama-penyakit,
(b) kulit buah berwarna kuning sebagai tanda buah telah tua,
(c) ukuran buah besar, kira-kira mengandung 50 biji kakao, dan
(d) buah tidak cacat atau terserang hama.
Penyemaian (Pre-nurserry) dan Pembibitan (Main-nurserry)
Dari pengamatan di lapang dan penjelasan koordinator pelaksana pembibitan, bahwa tahap penyemaian benih dikotak semai tidak dilakukan dengan penjelasan:
1. Benih kakao hibrida yang dikirim dari Pusat Penelitian Kaopi dan Kakao Jember
telah mulai akan berkecambah, yaitu radikula telah muncul sehingga perlu pena-
nganan segera.
2. Jumlah benih yang didatangkan cukup banyak sehingga perlu perencanaan yang
cepat dan tepat.
Penyemaian, benih disemai langsung ke dalam polybag yang telah diisi media tanam (Gambar 1). Media terlebih dahulu disiram dengan air dan membuat lubang dengan sepotong kayu, benih kakao ditanam dalam lubang dengan posisi bagian bakal akar menghadap ke bawah (Gambar 2). Setelah benih ditanam, bedeng-bedeng semaian disungkup dengan plastik transparan, dengan maksuduntuk menjaga tingkat kelem- baban dan agar media tetap basah.
Lama penyemaian adalah 3—5 hari, setelah benih berkecambah sampai kotiledon terangkat ke atas permukaan dinamakan fase serdadu. Fase pertumbuhan selanjutnya adalah fase kepelan, yaitu kotiledone telah membuka dan tumbuh tunas muda berwar- na merah, sampai tahap pertumbuhan fase kepelan satu minggu maka tahap awal pertumbuhan kecambah telah dilalui.
Sebagaimana dijelaskan Siregar dkk (2000), bahwa fase pertumbuhan kecambah yang tepat dari mulai semai sampai fase serdadu, dan fase keping biji terbuka (kepelan) adalah 5—10 hari setelah semai.
Gambar 1. Polibag siap tanam (semai) di Bedeng Pembibitan
Gambar 2. Penanaman Benih Kakao Hibrida ke dalam Polibag
Selama fase perkecambahan sungkup tetap tertutup, dan penyiraman hanya dilakukan jika media mengalami kekeringan. Untuk menjaga kelembaban dalam sungkup maka penyiraman hanya dilakukan pada sungkupnya saja, dan ini dilakukan jika udara panas karena terik sinar matahari. Sungkup mulai dibuka jika kondisi tanaman muda telah berumur 4-6 minggu dan telah memiliki dua pasang daun muda atau 3—4 helai daun (Gambar 3).
Gambar 3. Pembukaan Sungkup Pesemaian untuk tahap Pembibitan Kakao
Pembibitan, pembibitan kakao hibrida yang dilaksanakan di UPTD-PPHPR Paria- man Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus adalah pembibitan langsung dalam polibag. Pembibitan menggunakan polibag berukuran 15 x 20 cm, media pembibitan terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Media tanah dan pupuk kandang sebelum dimasukkan ke polibag dicampur merata, media tanah yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polibag sampai ketinggian kira-kira 2 cm dari bibir atas polibag. Lalu media disiram dengan air sampai jenuh, dan disusun pada bedeng pembibitan dengan naungan atap daun kelapa.
Menurut Susanto (2003), pembibitan kakao dapat ditanam langsung ke dalam polibag dengan media campuran tanah dengan pasir pada perbandingan 2 : 1, ukuran polibag 15 x 20 cm² untuk bibit mencampai umur 3—4 bulan, dan pada bedeng pembibitan dibuatkan naungan.
Gambar 4. Bibit Kakao Hibrida umur 6 minggu setelah tanam
Setelah pertumbuhan kecambah kakao, dilanjutkan dengan tahapan pertumbuhan bibit. Bibit kakao hibrida memerlukan perawatan yang intensif agar bibit kakao yang dihasilkan berkualitas, yaitu bibit yang memiliki vigor baik.
Pemeliharaan Bibit Kakao
Sejak bibit kakao berumur 6 minggu, diperlukan pemeliharaan yang intensif, yaitu: penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama-penyakit tanaman, serta pengen- dalian gulma. Pemeliharaan bibit kakao hibrida pada tahap akhir adalah seleksi bibit yang mengalami pertumbuhan tidak normal atau kurang baik (Gambar 5), pemeli- haraan bibit kakao dilakukan sampai bibit berumur 9—12 minggu atau bibit telah siap salur.
Gambar 5. Seleksi Bibit Kakao yang pertumbuhannya kurang baik
Pemupukan bibit kakao dilakukan setelah bibit memiliki 2—3 daun atau setelah kotilodon mengering dan gugur. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK (15:15:15) dengan dosis 5 gram/bibit, pemberian pupuk dengan ditabur sekeliling polibag atau batang bibit kakao.
Selama di pembibitan, bibit kakao perlu pemeliharaan yang intensif, yaitu melakukan pemupukan dengan pupuk ZA dengan dosis 2 gram/bibit, atau dengan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 2—5 gram/bibit.. Untuk pemupukan dengan menggunakan pupuk cair, pada saat bibit kakao berumur lebih dari satu bulan, maka dapat pula dilakukan pemupukan dengan pupuk cair Gandasil-D dengan konsentrasi 0,2%. Penyemprotan dilakukan secara merata pada seluruh permukaan daun, dan dilakukan sore hari dengan frekuen- si penyemprotan dua minggu satu kali. Bibit kakao siap ditanam di lapang pada umur 4—6 bulan dengan vigor petumbuhan baik.
Pertumbuhan Bibit Kakao
Berdasarkan pertumbuhan bibit sejak awal tanam di pembibitan sesuai dengan blok bedengan tanggal tanam, secara umum pertumbuhan merata dan baik. Rata-rata umur bibit kakao hibrida 9--11 minggu atau berumur lebih-kurang tiga bulan, memiliki vigor tumbuh yang bauk dan mencerminkan kualitas bibit yang bermutu. Dari hasil observasi pertumbuhan bibit di lapang, terlihat media tumbuh yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1,
dan intensifnya pemeliharaan yang dilakukan seperti penyiraman, pemupukan , pengendalian terhadap OPT , maka pertumbuhan bibit kakao sangat baik (Gambar 6).
Gambar 6. Bibit Kakao Hibrida Siap Salur umur 9--11 minggu
Hal tersebut karena peran fungsi media tumbuh, yaitu tanah dan pupuk kandang dapat mengkondisikan media tumbuh yang baik. Media tersebut menjadi gembur dan aersinya cukup baik. Sebagaimana diketahui bahwa pupuk kandang sebagai bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga bibit kakao dapat tumbuh dengan baik.
Penggunaan bahan organik dapat berpengaruh baik terhadap : (1) sifat fisik tanah (struktur dan aerasi tanah), (2) sifat kimia tanah (menambah unsur makro dan mikro, serta meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), dan (3) sifat biologi tanah yaitu menambah jumlah dan aktifitas organisme tanah.
Sedangkan pengunaan tanah dan penambahan bahan organik yang seimbang akan menambah tingkat kesuburan tanah dan memperbaiki kegemburan tanah, serta bahan organik berfungsi untuk mempertahankan kelembaban tanah, persediaan unsur hara, dan memperbaiki struktur tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar