Sabtu, 12 Maret 2011

perkembangan ikan jelawat di Indonesia

Sebagian orang mungkin tidak mengenal ikan jelawat dan memang ikan ini belum begitu popular dibandingkan ikan air tawar lainnya. Padahal ikan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan ikan asli di wilayah perairan Indonesia utamanya di daerah Sumatera dan Kalimantan. Harga ikan jelawat ditingkat pembudidaya cukup tinggi. Sekilogram ikan jelawat konsumsi berdasarkan laporan statistic perikanan budidaya Berkisar 25.000 – 35.000.

Ikan jelawat pada dasarnya memiliki rasa yang enak dan gurih seperti halnya ikan air tawar lainnya ( gurame, nila, lele )namun sebagian orang tidak menyukai ikan ini karena memiliki duri yang sangat banyak. Kabar terbaru ada beberapa pengusaha yang dapat menjual ikan jelawat tanpa duri dengan teknik cabut duri sehingga ikan jelawat dapat dinikmati tanpa khawatir terhadap durinya.
Kandungan ikan jelawat seperti pada umumnya ikan air tawar memiliki kandungan protein dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Proteinnya memiliki komposisi asama amino yang cukup lengkap dan mudah dicerna. Oleh karenanya ikan termasuk jelawat merupakan pilihan tepat untuk diet.
Ikan jelawat selain dapat dijadikan ikan konsumsi juga dapat dijadikan ikan hias. Negara Malaysia menjadikan ikan jelawat sebagai ikan hias dan sangat popular di sana. Ikan ini bersifat omnivore namun memiliki kecenderungan herbivore karena itu ikan ini dapat diberikan pakan berupa sayuran dalam campuran pakan pellet.
Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan karena prospeknya yang baik. Pembudidayaan ikan jelawat pada dasarnya sudah berkembang di wilayah Indonesia namun karena terkendala benih yang masih mengandalkan benih alam, perkembangan budidayanya masih terbatas pada beberapa wilayah saja. Daerah yang telah mengembangkan budidaya ikan jelawat antara lain provinsi Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.
Sebagian besar budidaya jelawat dilakukan dalam wadah karamba yang diletakkan di tepian sungai. Pembudidayaan ikan jelawat dipinggiran sungai karena habitat ikan jelawat yang berada di sungai-sungai besar Indonesia. Walaupun beberapa daerah mengembangkan budidaya ikan jelawat dalam wadah karamba, adapula yang membudidayakan ikan jelawat dalam kolam.
Produksi ikan jelawat hasil budidaya cukup menggembirakan. Berdasarkan buku statistic perikanan budidaya Indonesia yang dipublikasikan oleh Ditjen Perikanan Budidaya, pada tahun 2005 produksi ikan jelawat mencapai 1.569 ton, tahun 2006 naik menjadi 2.608 ton lalu tahun 2007 sebesar 3.360 ton. Sempat turun sedikit produksinya pada tahun 2008 sebesar 3.287 ton kemudian naik lagi produksinya pada tahun 2009 menjadi 4.812 ton. Perkmbangan produksi ikan jelawat secara nasional yang cukup baik adalah provinsi Riau. Sebagian besar produksi ikan jelawat nasional hasil budidaya berasal dari provinsi ini. Pada tahun 2009 saja produksi ikan jelawat provinsi Riau sebesar 3.628 ton dari total produksi nasional yang sebesar 4.812 ton.
Secara morfologi ikan jelawat memiliki bentuk tubuh memanjang dan bulat. Bentuk kepalanya agar mendatar disebelah bagian atasnya dengan bentuk mulut berukuran sedang. Punggungg ikan ini memiliki ciri warna perak kehijauan dan bagian perutnya berwarna putih keperakan. Sirip dada dan perutnya memiliki warna merah dan terdapat dua pasang sungut.
Perbedaan ikan jelawat jantan dan betina dapat mudah dilihat ketika ikan matang gonad adalah sebagai berikut :
1. Induk betina yang matang gonad bercirikan:
perut agak gendut;
Belakang sirip dada halus;
gerakan lamban dan
antara sirip dada kiri dan kanan lembek dan agak melengkung
lubang kelamin kemerahan.
2. Sedangkan tanda induk jantan :
Perut langsing.
Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba
gerakan lincah,
lubang kelamin kemerahan, bila dipijit ke arah lubang kelamin, keluar cairan berwarna putih.
Ikan jelawat yang memiliki nama ilmiah Leptobarbus hoeveni ini teknik budidayanya sangat mudah. Pembesaran ikan jelawat dilakukan di kolam tanah dilakukan dengan cara :
Kolam dengan ukuran 500 m2 ditebarkan 6 – 8 karung pupuk kandang dapat berupa kotoran ayam atau kotoran burung puyuh setelah itu isi air setinggi 40 – 60 cm dan diamkan selama 5 hari. Setalah lima hari masukan 10.000 ekor benih ke dalam kolam pembesaran tersebut. Kemudian beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan. Perlu diperhatikan bahwa air harus dialirkan secara kontinyu. Setelah dua bulan ikan jelawat tersebut dapat dipanen. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 8 ekor per kilogramnya setelah pemeliharaan tersebut.


Sumber : 
Ditjen Perikanan Budidaya
http://benihikan.net/category/perikanan-budidaya/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar